Ulang Tahun Jakarta Dan Sercah Harapan Di Dalamnya.

Huah udah lama gak ngeblog. Pengen ngeblog cuman ketahan sama malesnya yang gedenya gak ada dua. Semenjak liburan, gue emang udah tekad melanjutkan hobi yang selama ini terkikis karena tugas-tugas kuliah. Gue coba buat nulis-nulis lagi kaya essay, curhat-curhat kecil, sampe nulis daftar gebetan yang akhirnya pupus di tengah jalan.
          Sebelumnya, gue pengen ngenalin lagi nih kota Jakarta, kota kelahiran sekaligus tempat gue berdomisili di negara Indonesia selama bertahun-tahun (barangkali pembaca blog gue ada yang dari Nigeria yang gak tau kota Jakarta tuh apa dan di mana sih).

         
Ikon Kota Jakarta.

Dekorasi ibukota dengan gedung-gedung high-rise.

 
Bundaran HI yang berpagar gedung-gedung high-rise.

Dan inilah kota Jakarta kini yang berantakan (dari dulu juga kalee) setelah gue tinggalkan sementara untuk merantau ke Bandung buat kuliah.

Rumah liar yang ada di pinggir Sungai Ciliwung

Permukiman yang gak tertata. Gue yakin orang tata kotanya pas kuliah pasti dapet nilai D di beberapa mata kuliah seperti "Perumahan dan Permukiman", "Kota dan permukiman", dan  "Arsitektur Kota" #dikeplakorangdinastatakota

Sarapan warga ibukota, macet, polusi udara, omelan bos yang berbunyi "KENAPE LO TELAT MULU SIH?" 

Coba tebak nyokap gue ada di mobil yang mana?

Rumah amphibi Jakarta.

Yang air banjir yang mana hayo?

Buat tulisan ini, gue gak banyak muluk-muluk, gak banyak cercaan tentang Jakarta, pengalaman selama tinggal di kota Jakarta, dan cerita-cerita masa lalu berat yang gue alamin di sana. Inilah secercah harapan yang gue tanam di kota kelahiran yang akan gue petik dan gue olah dengan ilmu yang gue dapat saat merantau di kota tetangga.

Sebelumnya gue mau ucapin ini dulu.

HBD JKT, WYATB GWS FBI FPI FBR FTV.

Kalo ditanya harapan, harapan gue banyak.

Kalo ditanya udah punya pacar belum, gue jawabnya belum.

Buat Jakarta sendiri, harapan terdekat gue bisa ngolah sumber daya manusia biar membentuk "creative mental", yang bisa terbangun jika adanya revolusi mental #halah #malahkampanye

Kalo udah bisa ngolah sumber daya manusianya, baru deh ngajak orang-orang tersebut buat kecil-kecilan buat perubahan di tempat tinggalnya masing-masing, kasih edukasi, kasih penyuluhan, kasih sayang, atau apalah yang bisa ngerubah tempat tinggal tersebut jadi lebih baik. Modal niat, mental, sama muka tebel buat bisa ngelakuin itu semua di Jakarta. Berhubung gue gak seganteng Christian Sugiono untuk mengajak warga dengan jargon2 "AYO BIKIN DAERAH KITA MENJADI PENDUKUNG DAYA GUNA EKONOMI KREATIF", "DENGAN KEBERSIHAN HIDUP KITA SEHAT SEJAHTERA", ataupun "PILIH DAMAS JADI KETUA HIMPUNAN ARSITEKTUR!" , gue hanya bisa mengandalkan 3 modal yang gue udah sebutkan sebelumnya.

Gue sebagai mahasiswa arsitektur mempunyai misi untuk kota Jakarta yaitu melakukan pembangunan ruang publik di kota.

Kenapa harus ruang publik? Kenapa gak bangun panti jomblo?

Pembangunan ruang publik menjadi salah satu kunci untuk sebuah kota. Karena ruang publik itu penting untuk kesejahteraan sumber daya manusia tinggal di sana dan juga berpengaruh bagi psikologis orang-orang yang menikmati fasilitas publik tersebut. Kalo aja pembangunan ruang publik gue alihkan dengan membangun panti jomblo, yang menikmatinya hanya jomblo2 yang fakir asmara. Yang udah punya pacar/istri dapat berpotensi untuk mendapatkan selingkuhan di sana dan gue gak mau hal itu terjadi, yang dosa gue-gue juga.

Tapi gue coba untuk mempertimbangkan untuk membangun panti jomblo di Jakarta.

*digebukin*

Balik lagi ke pembangunan ruang publik, gue mengutip sebuah pernyataan dari Armanda Burden, seorang urban planner dari New York City:

"Lively, enjoyable public spaces are the key to planning a great city." 

Dan sekali lagi, gue sebagai mahasiswa arsitektur (dan semoga aja jadi arsitek terkenal, Amin) mengharapkan gue bersama orang2 Jakarta bisa membuat Jakarta menjadi landscape monumental dunia dengan segala keunikan yang ada di dalamnya. Gue dan jutaan rakyat Jakarta. Dan juga orang2 yang mengakui bahwa kulit manggis itu ada ekstraknya. Mau Jakarta jadi sumber suka cita bukan penimbun luka, jadi surga bukan neraka dunia, jadi permata ibukota negara, bukan bara panas yang mengotori negara.

Hey my hometown Jakarta, happy birthday. 487 is not a young age, but I look at the expectations Jakarta's people are so young as they look to the future instead of reliving the past. I really miss you and wait for me to contribute to the development yours :* 


Comments

  1. Sejelek-jeleknya Jakarta, mau semrawut apapun juga, tetep kangen ya kalo ninggalin lama-lama :')

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Day 23: Kesehatan Kaki di Waktu Weekend

Day 21: Modernitas Area Bermain Anak

Perjalanan 3 tahun