Day 14: Prolog Mengenai Ceritaku di Laut (Bagian 1)
Day 14
Sebuah Permulaan Mengenai Ceritaku di Laut (Bagian 1)
"Mas kerja di kapal enak gak?"
"Lo kok lulusan arsitektur malah kerja di laut? Lo mau bangun rumah, apa bangun masalah baru di hidup lo?"
"Pas naik kapal, lo mabok gak kek waktu lo mabok anggur?"
"Ajak gue jalan-jalan dong mas naik kapal!"
"Mas ibukota Zimbabwe apa?"
Pertanyaan-pertanyaan tersebut bermunculan ketika gue memutuskan untuk bekerja di industri jasa transportasi laut. Cukup membingungkan memang, gue lulusan arsitektur tapi malah kerja di sana. Tapi itu bukan suatu masalah besar buat gue. Gue yakin di tempat gue kerja sekarang, gue bakal menemukan cerita baru dibandingkan dengan lulusan-lulusan arsitektur pada umumnya yang mana kebanyakan kerja di konsultan ataupun di kontraktor. Sembilan bulan lamanya gue bekerja di kantor gue sekarang membuat gue berpikir banyak hal tentang laut Indonesia, potensi-potensinya, sampai gue tinggal menunggu waktu, kapan seseorang akan melempar gue ke laut karena mengetahui salah satu kebiasaan gue yang cukup membanggakan (walaupun sebenarnya tidak begitu penting). Minum panadol gak pake air.
Anyway, sebelum gue mau memulai cerita yang cukup panjang gue mengenai kehidupan gue selama bekerja di suatu industri jasa transportasi laut di postingan-postingan instagram gue, gue akan membuat sebuah prolog yaitu menjawab pertanyaaan-pertanyaan yang datang ke gue dari teman-teman sekitar gue dan mas-mas atau mbak-mbak yang gue baru kenal ketika gue menceritakan diri gue bekerja di sebuah perusahaan industri jasa transportasi laut.
Kerja di mana mas?
PT ASDP Indonesia Ferry (Persero)
Coba cek web-nya di www.indonesiaferry.co.id itu yang buat interface-nya gue lho (sambil promo).
Bagian apa mas?
Direktorat Pelayanan dan Fasilitas. Divisi Pelayanan.
Emang nyambung sama arsitektur?
Sejauh ini masih ada kaitannya karena dasar pemikiran arsitektur gue kepake di sini. Kalo di arsitektur gue belajar bagaimana membuat planning programming sebelum masuk ke perancangan fisik bangunan. Di sanalah ilmu gue diterapkan, bagaimana gue mendeskripsikan permasalahan dan mengeluarkan output berupa gagasan yang berkaitan dengan pelayanan pelabuhan dan kapal. Keluar jalur dikit gak ada salahnya kan? Malah kerjaan gue yang sekarang membuka wawasan baru buat gue.
Pelayanan itu ngapain aja mas? Ngasih menu makanan?
Pelayanan di tempat kerja gue itu menurut gue tentang bagaimana kita menyediakan segala apa yang dibutuhkan oleh pengguna jasa (mulai dari penumpang kapal, operator kapal, pedagang) untuk memenuhi kebutuhan mereka dengan sentuhan pengalaman yang ditawarkan oleh perusahaan gue. Kalo yang ngasih menu makanan itu termasuk bagian pelayanan, tapi gue gak melakukan hal tersebut. Kecuali gue kerja di Restoran Ayam Goreng Suharti.
"Pernah naik kapal dong? Pas naik kapal lo mabok gak kek waktu lo mabok anggur?"
Sebelum gue kerja di kantor gue sekarang, gue pernah naik kapal laut waktu nganterin kakak gue nyari sekolah kedokteran di Lampung. Rasanya sama kek gue waktu naik kapal sekarang. Kalo ditanya pernah mabok laut apa engga, Alhamdulillah sampe sekarang gue belum pernah yang namanya mabok laut. Asikan mabok anggur. (Plis bagian ini semoga gak dibaca nyokap gue).
"Ajak gue jalan-jalan dong mas naik kapal!"
Ayo! Tapi bayar yah. Murah kok nyeberang Merak-Bakauheni cuman Rp15.000. Yang mahal masuk Dufan.
"Mas ibukota Zimbabwe apa?"
Ibukota Zimbabwe itu Harare. Eh kenapa pertanyaan murid SMP gue jadi nyasar ke sini?
Ditunggu yah mas ceritanya! Gue nunggu bagian lo dilempar ke laut sama orang.
Err.. Baiklah.
Sebuah Permulaan Mengenai Ceritaku di Laut (Bagian 1)
Sumber: Gue Sendiri
Kapal Laut
"Mas kerja di kapal enak gak?"
"Lo kok lulusan arsitektur malah kerja di laut? Lo mau bangun rumah, apa bangun masalah baru di hidup lo?"
"Pas naik kapal, lo mabok gak kek waktu lo mabok anggur?"
"Ajak gue jalan-jalan dong mas naik kapal!"
"Mas ibukota Zimbabwe apa?"
Pertanyaan-pertanyaan tersebut bermunculan ketika gue memutuskan untuk bekerja di industri jasa transportasi laut. Cukup membingungkan memang, gue lulusan arsitektur tapi malah kerja di sana. Tapi itu bukan suatu masalah besar buat gue. Gue yakin di tempat gue kerja sekarang, gue bakal menemukan cerita baru dibandingkan dengan lulusan-lulusan arsitektur pada umumnya yang mana kebanyakan kerja di konsultan ataupun di kontraktor. Sembilan bulan lamanya gue bekerja di kantor gue sekarang membuat gue berpikir banyak hal tentang laut Indonesia, potensi-potensinya, sampai gue tinggal menunggu waktu, kapan seseorang akan melempar gue ke laut karena mengetahui salah satu kebiasaan gue yang cukup membanggakan (walaupun sebenarnya tidak begitu penting). Minum panadol gak pake air.
Anyway, sebelum gue mau memulai cerita yang cukup panjang gue mengenai kehidupan gue selama bekerja di suatu industri jasa transportasi laut di postingan-postingan instagram gue, gue akan membuat sebuah prolog yaitu menjawab pertanyaaan-pertanyaan yang datang ke gue dari teman-teman sekitar gue dan mas-mas atau mbak-mbak yang gue baru kenal ketika gue menceritakan diri gue bekerja di sebuah perusahaan industri jasa transportasi laut.
Kerja di mana mas?
PT ASDP Indonesia Ferry (Persero)
Coba cek web-nya di www.indonesiaferry.co.id itu yang buat interface-nya gue lho (sambil promo).
Bagian apa mas?
Direktorat Pelayanan dan Fasilitas. Divisi Pelayanan.
Emang nyambung sama arsitektur?
Sejauh ini masih ada kaitannya karena dasar pemikiran arsitektur gue kepake di sini. Kalo di arsitektur gue belajar bagaimana membuat planning programming sebelum masuk ke perancangan fisik bangunan. Di sanalah ilmu gue diterapkan, bagaimana gue mendeskripsikan permasalahan dan mengeluarkan output berupa gagasan yang berkaitan dengan pelayanan pelabuhan dan kapal. Keluar jalur dikit gak ada salahnya kan? Malah kerjaan gue yang sekarang membuka wawasan baru buat gue.
Pelayanan itu ngapain aja mas? Ngasih menu makanan?
Pelayanan di tempat kerja gue itu menurut gue tentang bagaimana kita menyediakan segala apa yang dibutuhkan oleh pengguna jasa (mulai dari penumpang kapal, operator kapal, pedagang) untuk memenuhi kebutuhan mereka dengan sentuhan pengalaman yang ditawarkan oleh perusahaan gue. Kalo yang ngasih menu makanan itu termasuk bagian pelayanan, tapi gue gak melakukan hal tersebut. Kecuali gue kerja di Restoran Ayam Goreng Suharti.
"Pernah naik kapal dong? Pas naik kapal lo mabok gak kek waktu lo mabok anggur?"
Sebelum gue kerja di kantor gue sekarang, gue pernah naik kapal laut waktu nganterin kakak gue nyari sekolah kedokteran di Lampung. Rasanya sama kek gue waktu naik kapal sekarang. Kalo ditanya pernah mabok laut apa engga, Alhamdulillah sampe sekarang gue belum pernah yang namanya mabok laut. Asikan mabok anggur. (Plis bagian ini semoga gak dibaca nyokap gue).
"Ajak gue jalan-jalan dong mas naik kapal!"
Ayo! Tapi bayar yah. Murah kok nyeberang Merak-Bakauheni cuman Rp15.000. Yang mahal masuk Dufan.
"Mas ibukota Zimbabwe apa?"
Ibukota Zimbabwe itu Harare. Eh kenapa pertanyaan murid SMP gue jadi nyasar ke sini?
Ditunggu yah mas ceritanya! Gue nunggu bagian lo dilempar ke laut sama orang.
Err.. Baiklah.
Comments
Post a Comment