Day 13: Cerita Baru Di Sebuah Penyeberangan
Day 13
Cerita Baru Di Sebuah Penyeberangan
(Postingan ini dibuat tanggal 17 Juli 2017)
"Untuk mendaki sebuah gunung, dibutuhkan 1000 langkah. Tetapi yang paling penting adalah langkah pertama."
Sebuah kalimat yang cukup menampar gue dalam memulai postingan blog ini. Entah apa yang membebani gue dalam menulis sehingga gue harus mengulangi beberapa kali kalimat pembuka pada tulisan ini, padahal baru tahap membangun cerita. Jarangnya membaca buku juga yang membuat gue menjadi malas dalam menulis karena keterbatasan referensi gue terhadap kata-kata yang dirangkai menjadi kalimat. Kemalasan itulah yang membuat enam postingan terakhir gue di blog ini hanya berupa gambar yang merupakan tulisan proyek gue #30DaysStopAndLook. Belum lagi kebiasaan nulis gue yang kadang-kadang suka menulis sambil mengedit yang membuat tulisanya kurang begitu mengalir. Banyak permasalahan yang gue hadapi dalam menulis blog ini padahal gak penting-penting amat buat dipermasalahkan.
Anyway, kesibukan gue saat ini adalah bekerja di sebuah perusahaan jasa penyebrangan laut. Jauh banget dengan basic gue yang merupakan lulusan arsitektur. Gue mulai berasumsi yang enggak-enggak mengenai jalan gue menjadi karyawan di perusahaan ini. Apakah Tuhan melihat potensi gue untuk menjadi seorang bajak laut karena ketekunan gue selama seharian penuh kalo weekend nonton kartun One Piece. Apakah gue akan menjadi seorang raja bajak laut? atau akan berakhir menjadi makanan laut?
Technically gue udah bekerja selama satu bulan, tetapi masuk kantornya baru lewat dua minggu. Selama dua minggu awal gue kerja di rumah dan hari ini gue memasuki minggu ke-3. Kerjaannya pun gak jauh-jauh dari salah satu hobi gue yaitu desain grafis. Sebenarnya bukan kemauan gue secara utuh untuk bekerja sebagai seorang desain grafis, namun karena beberapa tuntutan yang memaksa gue untuk mengambil pekerjaan ini. Biasanya kalo orang memulai karena suatu tuntutan ada 3 kemungkinan. 1. Dia akan berhenti di tengah jalan karena apa yang dikerjakan tidak sesuai dengan kehendaknya;2. Dia akan menyelesaikannya namun kurang puas dengan hasilnya;3. Dia akan mulai mencintai apa yang dikerjakannya.
Teringat gue saat pertama kali masuk kuliah di ITENAS dan memilih jurusan arsitektur. Kampus yang awalnya gue gak tau seberapa terkenal kampus tersebut dan seberapa besar kemungkinan untuk mendapatkan cewe cantik buat jadi pacar gue. Setelah melewati fase tes dan dinyatakan di terima di kampus tersebut, gue memilih dan menjalani kuliah arsitektur. Gue gak ada bayangan sama sekali tentang jurusan arsitektur. Dimodalin sama bokap gue berupa alat-alat gambar, beberapa buku arsitektur, dan referensi pekerjaan beliau tetapi tidak membuat gue sadar tentang apa yang gue jalanin sampai gue berada di posisi terbawah gue ketika menjalani kuliah arsitektur. Setelah melewati fase jenuh-jenuhnya kuliah arsitektur, gue mendapatkan titik balik dan gue memaksakan menjalaninya sisa-sisa perjalanan kuliah gue dengan sedikit penyesalan "kenapa gue gak niatin dari dulu?". Pada akhirnya gue merasakan bahwa gue kuliah di jurusan ini kurang maksimal. Penyesalan terbesarnya ada di tugas akhir yang gue kerjakan. Walaupun sudah lewat tapi gue gak mau semuanya terulang lagi seperti pada awal gue masuk kuliah di fase setelah kuliah.
(bersambung karena mau ke kantor dulu, tapi janji hari ini diberesin wqwq)
Cerita Baru Di Sebuah Penyeberangan
Sumber: Gue Sendiri
Kapal Berlayar
(Postingan ini dibuat tanggal 17 Juli 2017)
"Untuk mendaki sebuah gunung, dibutuhkan 1000 langkah. Tetapi yang paling penting adalah langkah pertama."
Sebuah kalimat yang cukup menampar gue dalam memulai postingan blog ini. Entah apa yang membebani gue dalam menulis sehingga gue harus mengulangi beberapa kali kalimat pembuka pada tulisan ini, padahal baru tahap membangun cerita. Jarangnya membaca buku juga yang membuat gue menjadi malas dalam menulis karena keterbatasan referensi gue terhadap kata-kata yang dirangkai menjadi kalimat. Kemalasan itulah yang membuat enam postingan terakhir gue di blog ini hanya berupa gambar yang merupakan tulisan proyek gue #30DaysStopAndLook. Belum lagi kebiasaan nulis gue yang kadang-kadang suka menulis sambil mengedit yang membuat tulisanya kurang begitu mengalir. Banyak permasalahan yang gue hadapi dalam menulis blog ini padahal gak penting-penting amat buat dipermasalahkan.
Anyway, kesibukan gue saat ini adalah bekerja di sebuah perusahaan jasa penyebrangan laut. Jauh banget dengan basic gue yang merupakan lulusan arsitektur. Gue mulai berasumsi yang enggak-enggak mengenai jalan gue menjadi karyawan di perusahaan ini. Apakah Tuhan melihat potensi gue untuk menjadi seorang bajak laut karena ketekunan gue selama seharian penuh kalo weekend nonton kartun One Piece. Apakah gue akan menjadi seorang raja bajak laut? atau akan berakhir menjadi makanan laut?
Technically gue udah bekerja selama satu bulan, tetapi masuk kantornya baru lewat dua minggu. Selama dua minggu awal gue kerja di rumah dan hari ini gue memasuki minggu ke-3. Kerjaannya pun gak jauh-jauh dari salah satu hobi gue yaitu desain grafis. Sebenarnya bukan kemauan gue secara utuh untuk bekerja sebagai seorang desain grafis, namun karena beberapa tuntutan yang memaksa gue untuk mengambil pekerjaan ini. Biasanya kalo orang memulai karena suatu tuntutan ada 3 kemungkinan. 1. Dia akan berhenti di tengah jalan karena apa yang dikerjakan tidak sesuai dengan kehendaknya;2. Dia akan menyelesaikannya namun kurang puas dengan hasilnya;3. Dia akan mulai mencintai apa yang dikerjakannya.
Teringat gue saat pertama kali masuk kuliah di ITENAS dan memilih jurusan arsitektur. Kampus yang awalnya gue gak tau seberapa terkenal kampus tersebut dan seberapa besar kemungkinan untuk mendapatkan cewe cantik buat jadi pacar gue. Setelah melewati fase tes dan dinyatakan di terima di kampus tersebut, gue memilih dan menjalani kuliah arsitektur. Gue gak ada bayangan sama sekali tentang jurusan arsitektur. Dimodalin sama bokap gue berupa alat-alat gambar, beberapa buku arsitektur, dan referensi pekerjaan beliau tetapi tidak membuat gue sadar tentang apa yang gue jalanin sampai gue berada di posisi terbawah gue ketika menjalani kuliah arsitektur. Setelah melewati fase jenuh-jenuhnya kuliah arsitektur, gue mendapatkan titik balik dan gue memaksakan menjalaninya sisa-sisa perjalanan kuliah gue dengan sedikit penyesalan "kenapa gue gak niatin dari dulu?". Pada akhirnya gue merasakan bahwa gue kuliah di jurusan ini kurang maksimal. Penyesalan terbesarnya ada di tugas akhir yang gue kerjakan. Walaupun sudah lewat tapi gue gak mau semuanya terulang lagi seperti pada awal gue masuk kuliah di fase setelah kuliah.
(bersambung karena mau ke kantor dulu, tapi janji hari ini diberesin wqwq)
Comments
Post a Comment