Tes Sekalian Liburan (Part 1)
Hmm, sebenarnya tulisan ini harus udah selesai semenjak kepulangan gue ke Jakarta, tapi berhubung guenya sibuk banget (padahal cuma sibuk ngitungin biji semangka) jadinya gue tunda posting cerita gue saat di Malang sampai akhirnya hari ini baru sempet gue posting. Sebelumnya maaf ya kalo postingan di sini tentang cerita-cerita gue saat di Malang gak banyak objek foto yang tampil di postingan ini karena keterbatasan resolusi kamera dan kebetulan guenya baru sadar pas sampe Jakarta "Kenapa gue gak foto-foto pas di Malang yak?"
Oke, these is my story about Malang...
"Gak nyangka gue bakalan tes sejauh ini untuk mengejar cita-cita gue sebagai mahasiswa FK." Itulah pikiran gue pertama kali saat gue hendak menjalani niat gue pergi ke Malang bersama teman gue Bayu buat tes SNMPTN.
"Kenapa tes SNMPTN-nya di Malang Mas?"
Karena kalo gue tesnya di Daan Mogot gue bukan tes SNMPTN, melainkan gue bakal bikin SIM di sana. Gue dan Bayu memutuskan untuk tes di sana karena masalah pilihan universitas kami yang cenderung ke daerah regional III (tempat kami tes). Untuk mengantisipasi masalah persaingan nilai dengan daerah-daerah di luar regional III, makanya kita tes di Malang biar kalo kita punya kesamaan nilai dengan orang-orang yang tes di luar regional III, tempat terdekat universitas di daerah regional III bakal cenderung menarik orang-orang yang tes di regional III, katanya sih gitu. Ribet ya? Emang sih ribet. Emak-emak mau kondangan aja ribet (?)
Setelah gue memperdebatkan "Naik apa kita ke sana?" Akhirnya gue dan Bayu memutuskan untuk naik kereta eksekutif tujuan Malang yang jadwalnya cuma satu kali perjalanan dalam sehari, yaitu jam 17.00 WIB. Perjalanan dari Jakarta ke Malang membutuhkan waktu sekitar kira-kira 15 jam, itupun belum termasuk berhenti-berhenti karena adanya persilangan di jalur-jalur kereta tertentu. Awalnya gue pikir "ANJRIT 15 JAM?! KUCING GUE MELAHIRKAN AJA GAK SELAMA ITU (YAEYALAAAAH)" tapi Bayu memberitahukan ke gue bahwa kita kesana bakalan ada televisi yang cukup menghibur selama perjalanan dari Jakarta ke Malang. Bayu memberitahukan itu karena dia sebelumnya udah pernah naik kereta ke Malang, sedangkan gue belum pernah pergi naik kereta se-jauh Malang. Palingan kalo gue bener-bener rute yang paling jauh* gue dari pintu barat Mall Pondok Indah 2 sampai balik lagi ke pintu barat Mall Pondok Indah 2. Bolak-balik. Enam kali.
*jauh di sini, jauh untuk ukuran kura-kura.
Pada hari Jumat berangkatlah gue dan Bayu ke Malang. Jam 17.22 WIB (kalo gak salah) gue sama Bayu berangkat dari Stasiunpom bensin Gambir menuju Stasiun Malang. Saat gue liat-liat kereta ekskutifnya emang bagus, design yang hampir mirip pesawat-pesawat pada umumnya, ditambah lagi ada kaya seperti pramugari yang menjajakan dirinya makanan untuk para penumpang kereta api. Gue duduk dan benar saja kata Bayu ada televisinya. Tapi dua jam penayangan televisi itu hanyalah iklan-iklan yang diulang. Gue itung sih pas perjalanan baru menempuh dua jam saja iklan yang gue udah liat sebelumnya udah keulang 4 kali dari jumlah iklan yang ada sekitar 10 iklan yang ada. Jadi gue liat siaran iklan 40 kali. Bayangkan itu aja baru dua jam, gimana 15 jam?! Gue berniat untuk tidur, tapi gak bisa karena gue suara yang ditimbulkan dari gemuruh rel yang dilintasi kereta yang gue tumpangi. Daripada gue mati kebosenan, gue tonton aja iklan-iklan yang di muncul di televisi itu.
Tiga jam berlalu, dan gue udah nonton 53 siaran iklan yang sama. Gue inget bagaimana iklan selanjutnya yang muncul, iklan apa aja yang muncul, dan lain-lain yang menyangkut iklan itu. Gue berharap semoga iklan-iklan itu keluar dalam tes SNMPTN nanti, tapi itu gak mungkin. Akhirnya, ada satu acara reality show dari Inggris yang cukup menghibur. Acaranya bernama "Just Kidding". Pikir gue sih ini pasti rekaman lama yang ditampilkan, yaudah gue tonton aja acara itu daripada gue marah-marah ke Masinisnya gara-gara channel televisinya yang muncul iklan itu-itu aja dan berakhir gue ditelanjangi dan ditendang keamanan dari kereta, terus gue gak tau di daerah mana gue ditendang, lalu gue tewas tertabrak kereta, dan pada paginya muncul headline "Seorang Anak Telanjang Tewas Telanjang Bulat di Daerah XXX", gue menonton siaran reality show yang disiarkan pihak kereta di televisi itu. Setelah siaran televisi selesai (kira-kira 45 menit) gue mencoba tidur dengan cara baca buku pelajaran. Satu-satunya cara ampuh buat tidur gue, baca buku pelajaran. Mungkin sudah kebiasaan dari rumah karena gue saat disuruh baca buku pelajaran sama nyokap gue, gue selalu ketiduran. Maka dari itu gue coba membaca buku pelajaran yang (gak sengaja) gue bawa.
Lima jam berlalu dan gue masih belom bisa tidur. Bayu yang duduk disebelah gue tidur terlelap kaya korban pembunuhan. Gue takut dicurigai sama keamanan kereta setempat dan menuduh gue karena telah membunuh bayu dengan cara mencekiknya pake selimut yang diberikan oleh petugas kereta. Alhamdulillah selama petugas kereta ngeliat gue dan Bayu tertidur, dia tidak curiga. Fiuh.
Jam 23.38 terlihat dari handphone gue. Televisi kereta yang masih menampilkan iklan-iklan kereta yang gue udah liat 76 kali. Gue udah pengen melakukan hal brutal untuk membunuh kebosanan yang terus datang kepada gue. Akhirnya ada sebuah film lama ditampilkan di televisi itu. Wih gue senengnya bukan main, karena film itu termasuk film lucu jaman dulu yang menampilkan seorang petenis meja yang handal yang karirnya menurun drastis dan ingin meraih titelnya kembali sebagai petenis meja yang handal. Gue lupa judulnya apa, yang jelas inilah tontonan yang layak untuk membunuh kebosanan gue. Gue sangat antusias untuk nonton film-film lucu seperti itu. Baru nonton 20 menit, gue ketiduran.
Gue bangun dari tidur gue jam 04.59. Gue melihat sekeliling gue yang masih terlihat sepi karena jam segitu orang-orang masih pada tertidur. Gue melihat Bayu yang masih tertidur layaknya korban pembunuhan. Gue coba beranjak dari kursi untuk buang air kecil dan ngambil wudhu buat solat subuh. Pas gue tanya ke petugas kereta yang kebetulan dekat kamar mandi berapa jam lagi buat sampe, dia menjawab dengan polosnya 4,5 jam lagi. Gue lemes sejadi-jadinya karena pegel banget duduk hampir 12 jam dan seharusnya perjalanan sudah tinggal 3 jam lagi, tapi ya karena adanya persilangan itu perjalanan jadi terhambat.
Jam 09.20 gue akhirnya sampe di stasiun Malang (AKHIRNYA SAMPE JUGA!!!). Gue turun dengan kaki udah gemetaran gak sanggup berdiri kaya orang setengah lumpuh karena duduk 15 jam di dalam kereta dengan hiburan yang (sangat) sedikit sekali. Gue pengen sujud syukur pada saat mencapai tanah stasiun Malang, tapi karena gue takut abis sujud gue udah gak sanggup lagi berdiri dan pada saat itu juga gue divonis lumpuh total, gue mengurungkan niat itu.
Gue sama Bayu pergi ke pintu keluar buat menuju ketempat gue dan Bayu akan tinggal sementara. Saat gue dan Bayu udah di pintu keluar, gue dan Bayu udah dipanggil sama dua orang. Yang satu tampangnya kaya vokalis Garnet Band, Ipoel Garnet. Yang satu lagi tampangnya kaya Yayan 'Maddog'. Setelah gue mengetahui ternyata mereka itu om-nya Bayu. Subhanallah, gue udah berprasangka buruk aja, kirain itu adalah preman yang akan mengintimidasi gue dan Bayu, abis tampangnya bener-bener kurang meyakinkan bahwa itu om-nya Bayu karena tampangnya jauh banget sama Bayu. (om maaf ya tampang om diomongin di sini, hehehe). Dan gue gak nyangka juga karena om-nya Bayu yang mirip Yayan 'Maddog' adalah paranormal dan suka nyembuhin penyakit-penyakit orang sekitar. Gue dapet info itu dari om-nya Bayu yang mirip Ipoel Garnet Band. Sebelum menuju rumah om-nya Bayu, gue dan Bayu, beserta om-om yang gue omongin sebelumnya makan pagi. Sarapannya lumayan enak, nasi, krecek, dan teh manis yang gue kira teh tawar. Gue dikasih tau sama Bayu bahwa di Malang kalo mesen teh manis mesennya bilangnya "teh" aja karena mesen "teh" aja (gak pake manis) di Malang itu ternyata udah manis. Gue mengangguk kecil.
Sampe di rumah Om-nya Bayu dengan menumpang motor kedua om Bayu, gue dan Bayu langsung beristirahat. Gue dan Bayu menumpang di kamar om-nya Bayu yang mirip 'Yayan Maddog' . Gue lihat suasana kamarnya. Terdapat keris dan tasbih-tasbih tergantung di dinding kamar. Suasananya persis kaya di tempat dukun. Maklum om-nya Bayu ini paranormal jadi mungkin suasana ini tidaklah menganggu baginya, tapi bagi gue suasananya kaya di tempat saat gue mau disantet secara live oleh om-nya Bayu. Tadinya gue dan Bayu pengen belajar buat sedikit membuka memori tentang pelajaran yang akan diuji saat SNMPTN nanti, tapi Tuhan berkehendak lain. Bayu ketiduran dan gue pun latah.
Gue dan Bayu hendak survey jalan menuju tempat kami tes yaitu Universitas Negeri Malang. pada malam hari bersama kedua om-nya Bayu. Pada saat itu gue sangat menikmati suasana kota Malang yang sejuk kaya lemari es baru dibuka. Tidak sampe 5 hari perjalanan, gue udah sampe Universitas Negeri Malang.
'Man lo udah inget belom jalannya?'
'Udeh bay gue inget.'
Percakapan yang singkat yang hanya bertujuan untuk memperpanjang tulisan gue ini
Besok siangnya (H-1 ujian) gue dan Bayu menuju tempat kita tes lagi. Kali ini gue kesana buat ngecek nomor tempat duduk tempat gue ujian. Gue kebetulan dapet di gedung MIPA kalo Bayu dapet di gedung Pendidikan (kalo gak salah). Ketemu tempat duduk saat nanti gue ujian, gue jampi-jampi ruangan itu berharap keajaiban datang saat gue ujian.
Hari SNMPTN pun tiba.
JENG-JENG!
Sebelum gue berangkat sama Bayu naik motor pinjaman dari om-nya Bayu gue sama Bayu dikasih air gelasan bermerk sama om-nya Bayu dan dihimbau oleh dia disuruh minum saat sebelum ujian berlangsung. Katanya Bayu sih buat dipermudah jalannya biar ngerjain SNMPTN-nya diberi kemudahan. Jujur gue paling anti yang kaya begini. Dengan berat hati gue terima aja daripada kalo gue tolak, gue bakalan kena santet sama om-nya Bayu. Empat puluh lima menit sebelum ujian dilaksanakan, gue berangkat sama Bayu.
Sampai ditempat kami ujian, kami berpisah karena gue ujian berbeda gedung sama Bayu. Ujian dimulai 30 menit lagi. Gue duduk di depan gedung tempat gue ujian. Gue lihat suasananya. Ada sekelompok anak berkerudung yang belajar, ada yang lagi ngobrol, ada juga sekelompok pemuda yang lagi nyapu (itu petugas kebersihan). Ekspresi wajah mereka pun bisa gue lihat karena memang tampak jelas adanya. Ada yang cemas, ada yang panik, ada yang biasa aja, dan gue tetep ganteng. Sebelum ujian berlangsung nyokap gue telpon.
'Damasss, gimana udah selesai?'
'Ujian aja belom mah'
'Oh iya. Sukses yah eh ini ujian SNMPTN ya?'
'Ah cuma ulangan doang kok mah, tahun lalu kan udah pernah ikut.'
'Oh iya mama lupa. Yaudah pelan-pelan aja ya ngerjainnya, teliti, kalo waktunya abis minta tambah.' Buset waktu ujian minta tambah, dikata gue lagi makan warteg kali nasinya minta tambah.
'Oke mah. Semoga aja bisa doain ya mah.'
'Oke Assalamualaikum.'
'Waalaikumsalam.'
TETTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTT. Ujian pun segera dilaksanakan dan para peserta SNMPTN masuk ke dalam ruangan tempat ujian masing-masing. Sebelum masuk ke ruangan, gue minum air yang dianjurkan oleh om-nya Bayu agar diberikan kemudahan dalam ujian. Gue masuk ruangan. Gue cari tempat duduk gue. ANJRIT, gue duduk paling depan. Entah kenapa setiap gue kedapetan duduk paling depan pasti lemes sejadi-jadinya gak tau kenapa apakah ada faktor "x" atau apa. Oke gue duduk (dan mencoba tenang). Soal dan kertas jawaban dibagikan dan ujian dimulai. Gue buka soal TPA (Jam pertama ujian TPA Tes Potensial Akademik semacam tes psikotes tapi dalam bentuk logika pikir saja). Gue kerjakan soal itu.
Lembar pertama = Lancar
Lembar kedua = Sedikit kendala
Lembar ketiga = Lancar
Lembar keempat = Mulai garuk-garuk kepala.
Lembar kelima = Gue berpikir "Ini soal TPA kan?"
Lembar keenam = Gue nangis.
Lembar ketujuh = Gue berniat mau bunuh diri.
Lembar kedelapan = ANJRIT WAKTUNYA ABIS #!$##@$^&$%@#$
Ujian TPA pun berakhir dan istirahat selama 30 menit. Gue lemes sejadi-jadinya karena gue cuma ngerjain 52 soal dari 75 soal itupun gue gak yakin. Target gue dapet nilai di atas 200. Berhubung gue cuma ngerjain 52 gue cuma berharap itu betul semua karena satu soal yang benar dikalikan 4, kalo satu soal salah dikurangi 1, dan kalo gak diisi nilainya 0 (kalo soalnya 52 berarti nilainya 208). Gue mulai harap-harap cemas dan mulai berpikir pengaruh minuman yang gue minum sebelum ujian pemberian om-nya Bayu. TETTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTT, tanda jam kedua pun dimulai untuk ujian kemampuan dasar (Terdiri dari Matematika Dasar, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris) .
Lembar pertama = Astagfirullah
Lembar kedua = Sedikit dapet pencerahan
Lembar ketiga = Gue berpikir "Ini soal kemampuan dasar ya?"
Lembar keempat = Tolong hamba ya Allah
Lembar kelima = ANJRIT WAKTUNYA ABIS #!#^%&*^&)(^&$
Lembar keenam = ...
Gue makin lemes kaya anak kena hepatitis B
'Gimana man?'
'...' Gue diem
'Lumayan kan?'
'Iya' Ujar gue berbohong.
'Oke besok kesini lagi ye. Hari terakhir bro.'
Besoknya gue dateng lagi ke Universitas Negeri Malang buat menjalani tes yang yang ketiga dihari yang kedua ini. Kemampuan IPA yang terdiri dari Matematika IPA, Fisika, Kimia, dan Biologi.
Lembar pertama = Tidak tertarik.
Lembar kedua = Sedikit dapet pencerahan.
Lembar ketiga = Tidak tertarik.
Lembar keempat = Lancar (lancar bengongnya).
Lembar kelima = Banyak kendala.
Lembar keenam = Makin tidak tertarik dengan soal, gue nyari silet disekitar tempat duduk gue.
Lembar ketujuh = Waktunya kapan abis ya? Lama bener.
Bener-bener stuck gue ngerjain kemampuan IPA. Palingan gue (lumayan deh tapi sedikit gak yakin juga) yakin dipelajaran kimia. Gue lemes kali ini kaya orang yang udah kena hepatitis ditambah lagi kena tipus.
'Gimana bro bisa?'
'Susah Bay gak usah dibahas yak.'
'Santai bro bisa kok kita, kita bakal kuliah tahun ini.'
Gue dan Bayu pulang ke rumah om-nya Bayu. Sebelum gue pulang ke rumah om-nya Bayu ternyata gue mendapat kabar kalo gue dan Bayu bakal maen bowling karena diajak ibu-nya Bayu. Gue meng-iyakan ajakan dari Bayu (eh ibu-nya deng, eh tapi Bayu yang ngajakin, eh...Ah sudahlah yang penting diajakin maen bowling). Gue bersama dengan Bayu, ibunya Bayu, dan om-nya Bayu yang mirip Yayan 'Maddog' ke tempat bowling di Dieng.
Berlanjut diposting berikutnya yah.. (semoga aja gue gak lupa posting)
Oke, these is my story about Malang...
"Gak nyangka gue bakalan tes sejauh ini untuk mengejar cita-cita gue sebagai mahasiswa FK." Itulah pikiran gue pertama kali saat gue hendak menjalani niat gue pergi ke Malang bersama teman gue Bayu buat tes SNMPTN.
"Kenapa tes SNMPTN-nya di Malang Mas?"
Karena kalo gue tesnya di Daan Mogot gue bukan tes SNMPTN, melainkan gue bakal bikin SIM di sana. Gue dan Bayu memutuskan untuk tes di sana karena masalah pilihan universitas kami yang cenderung ke daerah regional III (tempat kami tes). Untuk mengantisipasi masalah persaingan nilai dengan daerah-daerah di luar regional III, makanya kita tes di Malang biar kalo kita punya kesamaan nilai dengan orang-orang yang tes di luar regional III, tempat terdekat universitas di daerah regional III bakal cenderung menarik orang-orang yang tes di regional III, katanya sih gitu. Ribet ya? Emang sih ribet. Emak-emak mau kondangan aja ribet (?)
Setelah gue memperdebatkan "Naik apa kita ke sana?" Akhirnya gue dan Bayu memutuskan untuk naik kereta eksekutif tujuan Malang yang jadwalnya cuma satu kali perjalanan dalam sehari, yaitu jam 17.00 WIB. Perjalanan dari Jakarta ke Malang membutuhkan waktu sekitar kira-kira 15 jam, itupun belum termasuk berhenti-berhenti karena adanya persilangan di jalur-jalur kereta tertentu. Awalnya gue pikir "ANJRIT 15 JAM?! KUCING GUE MELAHIRKAN AJA GAK SELAMA ITU (YAEYALAAAAH)" tapi Bayu memberitahukan ke gue bahwa kita kesana bakalan ada televisi yang cukup menghibur selama perjalanan dari Jakarta ke Malang. Bayu memberitahukan itu karena dia sebelumnya udah pernah naik kereta ke Malang, sedangkan gue belum pernah pergi naik kereta se-jauh Malang. Palingan kalo gue bener-bener rute yang paling jauh* gue dari pintu barat Mall Pondok Indah 2 sampai balik lagi ke pintu barat Mall Pondok Indah 2. Bolak-balik. Enam kali.
*jauh di sini, jauh untuk ukuran kura-kura.
Pada hari Jumat berangkatlah gue dan Bayu ke Malang. Jam 17.22 WIB (kalo gak salah) gue sama Bayu berangkat dari Stasiun
Tiga jam berlalu, dan gue udah nonton 53 siaran iklan yang sama. Gue inget bagaimana iklan selanjutnya yang muncul, iklan apa aja yang muncul, dan lain-lain yang menyangkut iklan itu. Gue berharap semoga iklan-iklan itu keluar dalam tes SNMPTN nanti, tapi itu gak mungkin. Akhirnya, ada satu acara reality show dari Inggris yang cukup menghibur. Acaranya bernama "Just Kidding". Pikir gue sih ini pasti rekaman lama yang ditampilkan, yaudah gue tonton aja acara itu daripada gue marah-marah ke Masinisnya gara-gara channel televisinya yang muncul iklan itu-itu aja dan berakhir gue ditelanjangi dan ditendang keamanan dari kereta, terus gue gak tau di daerah mana gue ditendang, lalu gue tewas tertabrak kereta, dan pada paginya muncul headline "Seorang Anak Telanjang Tewas Telanjang Bulat di Daerah XXX", gue menonton siaran reality show yang disiarkan pihak kereta di televisi itu. Setelah siaran televisi selesai (kira-kira 45 menit) gue mencoba tidur dengan cara baca buku pelajaran. Satu-satunya cara ampuh buat tidur gue, baca buku pelajaran. Mungkin sudah kebiasaan dari rumah karena gue saat disuruh baca buku pelajaran sama nyokap gue, gue selalu ketiduran. Maka dari itu gue coba membaca buku pelajaran yang (gak sengaja) gue bawa.
Lima jam berlalu dan gue masih belom bisa tidur. Bayu yang duduk disebelah gue tidur terlelap kaya korban pembunuhan. Gue takut dicurigai sama keamanan kereta setempat dan menuduh gue karena telah membunuh bayu dengan cara mencekiknya pake selimut yang diberikan oleh petugas kereta. Alhamdulillah selama petugas kereta ngeliat gue dan Bayu tertidur, dia tidak curiga. Fiuh.
Jam 23.38 terlihat dari handphone gue. Televisi kereta yang masih menampilkan iklan-iklan kereta yang gue udah liat 76 kali. Gue udah pengen melakukan hal brutal untuk membunuh kebosanan yang terus datang kepada gue. Akhirnya ada sebuah film lama ditampilkan di televisi itu. Wih gue senengnya bukan main, karena film itu termasuk film lucu jaman dulu yang menampilkan seorang petenis meja yang handal yang karirnya menurun drastis dan ingin meraih titelnya kembali sebagai petenis meja yang handal. Gue lupa judulnya apa, yang jelas inilah tontonan yang layak untuk membunuh kebosanan gue. Gue sangat antusias untuk nonton film-film lucu seperti itu. Baru nonton 20 menit, gue ketiduran.
Gue bangun dari tidur gue jam 04.59. Gue melihat sekeliling gue yang masih terlihat sepi karena jam segitu orang-orang masih pada tertidur. Gue melihat Bayu yang masih tertidur layaknya korban pembunuhan. Gue coba beranjak dari kursi untuk buang air kecil dan ngambil wudhu buat solat subuh. Pas gue tanya ke petugas kereta yang kebetulan dekat kamar mandi berapa jam lagi buat sampe, dia menjawab dengan polosnya 4,5 jam lagi. Gue lemes sejadi-jadinya karena pegel banget duduk hampir 12 jam dan seharusnya perjalanan sudah tinggal 3 jam lagi, tapi ya karena adanya persilangan itu perjalanan jadi terhambat.
Jam 09.20 gue akhirnya sampe di stasiun Malang (AKHIRNYA SAMPE JUGA!!!). Gue turun dengan kaki udah gemetaran gak sanggup berdiri kaya orang setengah lumpuh karena duduk 15 jam di dalam kereta dengan hiburan yang (sangat) sedikit sekali. Gue pengen sujud syukur pada saat mencapai tanah stasiun Malang, tapi karena gue takut abis sujud gue udah gak sanggup lagi berdiri dan pada saat itu juga gue divonis lumpuh total, gue mengurungkan niat itu.
Gue sama Bayu pergi ke pintu keluar buat menuju ketempat gue dan Bayu akan tinggal sementara. Saat gue dan Bayu udah di pintu keluar, gue dan Bayu udah dipanggil sama dua orang. Yang satu tampangnya kaya vokalis Garnet Band, Ipoel Garnet. Yang satu lagi tampangnya kaya Yayan 'Maddog'. Setelah gue mengetahui ternyata mereka itu om-nya Bayu. Subhanallah, gue udah berprasangka buruk aja, kirain itu adalah preman yang akan mengintimidasi gue dan Bayu, abis tampangnya bener-bener kurang meyakinkan bahwa itu om-nya Bayu karena tampangnya jauh banget sama Bayu. (om maaf ya tampang om diomongin di sini, hehehe). Dan gue gak nyangka juga karena om-nya Bayu yang mirip Yayan 'Maddog' adalah paranormal dan suka nyembuhin penyakit-penyakit orang sekitar. Gue dapet info itu dari om-nya Bayu yang mirip Ipoel Garnet Band. Sebelum menuju rumah om-nya Bayu, gue dan Bayu, beserta om-om yang gue omongin sebelumnya makan pagi. Sarapannya lumayan enak, nasi, krecek, dan teh manis yang gue kira teh tawar. Gue dikasih tau sama Bayu bahwa di Malang kalo mesen teh manis mesennya bilangnya "teh" aja karena mesen "teh" aja (gak pake manis) di Malang itu ternyata udah manis. Gue mengangguk kecil.
Sampe di rumah Om-nya Bayu dengan menumpang motor kedua om Bayu, gue dan Bayu langsung beristirahat. Gue dan Bayu menumpang di kamar om-nya Bayu yang mirip 'Yayan Maddog' . Gue lihat suasana kamarnya. Terdapat keris dan tasbih-tasbih tergantung di dinding kamar. Suasananya persis kaya di tempat dukun. Maklum om-nya Bayu ini paranormal jadi mungkin suasana ini tidaklah menganggu baginya, tapi bagi gue suasananya kaya di tempat saat gue mau disantet secara live oleh om-nya Bayu. Tadinya gue dan Bayu pengen belajar buat sedikit membuka memori tentang pelajaran yang akan diuji saat SNMPTN nanti, tapi Tuhan berkehendak lain. Bayu ketiduran dan gue pun latah.
Gue dan Bayu hendak survey jalan menuju tempat kami tes yaitu Universitas Negeri Malang. pada malam hari bersama kedua om-nya Bayu. Pada saat itu gue sangat menikmati suasana kota Malang yang sejuk kaya lemari es baru dibuka. Tidak sampe 5 hari perjalanan, gue udah sampe Universitas Negeri Malang.
'Man lo udah inget belom jalannya?'
'Udeh bay gue inget.'
Percakapan yang singkat yang hanya bertujuan untuk memperpanjang tulisan gue ini
Besok siangnya (H-1 ujian) gue dan Bayu menuju tempat kita tes lagi. Kali ini gue kesana buat ngecek nomor tempat duduk tempat gue ujian. Gue kebetulan dapet di gedung MIPA kalo Bayu dapet di gedung Pendidikan (kalo gak salah). Ketemu tempat duduk saat nanti gue ujian, gue jampi-jampi ruangan itu berharap keajaiban datang saat gue ujian.
Hari SNMPTN pun tiba.
JENG-JENG!
Sebelum gue berangkat sama Bayu naik motor pinjaman dari om-nya Bayu gue sama Bayu dikasih air gelasan bermerk sama om-nya Bayu dan dihimbau oleh dia disuruh minum saat sebelum ujian berlangsung. Katanya Bayu sih buat dipermudah jalannya biar ngerjain SNMPTN-nya diberi kemudahan. Jujur gue paling anti yang kaya begini. Dengan berat hati gue terima aja daripada kalo gue tolak, gue bakalan kena santet sama om-nya Bayu. Empat puluh lima menit sebelum ujian dilaksanakan, gue berangkat sama Bayu.
Sampai ditempat kami ujian, kami berpisah karena gue ujian berbeda gedung sama Bayu. Ujian dimulai 30 menit lagi. Gue duduk di depan gedung tempat gue ujian. Gue lihat suasananya. Ada sekelompok anak berkerudung yang belajar, ada yang lagi ngobrol, ada juga sekelompok pemuda yang lagi nyapu (itu petugas kebersihan). Ekspresi wajah mereka pun bisa gue lihat karena memang tampak jelas adanya. Ada yang cemas, ada yang panik, ada yang biasa aja, dan gue tetep ganteng. Sebelum ujian berlangsung nyokap gue telpon.
'Damasss, gimana udah selesai?'
'Ujian aja belom mah'
'Oh iya. Sukses yah eh ini ujian SNMPTN ya?'
'Ah cuma ulangan doang kok mah, tahun lalu kan udah pernah ikut.'
'Oh iya mama lupa. Yaudah pelan-pelan aja ya ngerjainnya, teliti, kalo waktunya abis minta tambah.' Buset waktu ujian minta tambah, dikata gue lagi makan warteg kali nasinya minta tambah.
'Oke mah. Semoga aja bisa doain ya mah.'
'Oke Assalamualaikum.'
'Waalaikumsalam.'
TETTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTT. Ujian pun segera dilaksanakan dan para peserta SNMPTN masuk ke dalam ruangan tempat ujian masing-masing. Sebelum masuk ke ruangan, gue minum air yang dianjurkan oleh om-nya Bayu agar diberikan kemudahan dalam ujian. Gue masuk ruangan. Gue cari tempat duduk gue. ANJRIT, gue duduk paling depan. Entah kenapa setiap gue kedapetan duduk paling depan pasti lemes sejadi-jadinya gak tau kenapa apakah ada faktor "x" atau apa. Oke gue duduk (dan mencoba tenang). Soal dan kertas jawaban dibagikan dan ujian dimulai. Gue buka soal TPA (Jam pertama ujian TPA Tes Potensial Akademik semacam tes psikotes tapi dalam bentuk logika pikir saja). Gue kerjakan soal itu.
Lembar pertama = Lancar
Lembar kedua = Sedikit kendala
Lembar ketiga = Lancar
Lembar keempat = Mulai garuk-garuk kepala.
Lembar kelima = Gue berpikir "Ini soal TPA kan?"
Lembar keenam = Gue nangis.
Lembar ketujuh = Gue berniat mau bunuh diri.
Lembar kedelapan = ANJRIT WAKTUNYA ABIS #!$##@$^&$%@#$
Ujian TPA pun berakhir dan istirahat selama 30 menit. Gue lemes sejadi-jadinya karena gue cuma ngerjain 52 soal dari 75 soal itupun gue gak yakin. Target gue dapet nilai di atas 200. Berhubung gue cuma ngerjain 52 gue cuma berharap itu betul semua karena satu soal yang benar dikalikan 4, kalo satu soal salah dikurangi 1, dan kalo gak diisi nilainya 0 (kalo soalnya 52 berarti nilainya 208). Gue mulai harap-harap cemas dan mulai berpikir pengaruh minuman yang gue minum sebelum ujian pemberian om-nya Bayu. TETTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTT, tanda jam kedua pun dimulai untuk ujian kemampuan dasar (Terdiri dari Matematika Dasar, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris) .
Lembar pertama = Astagfirullah
Lembar kedua = Sedikit dapet pencerahan
Lembar ketiga = Gue berpikir "Ini soal kemampuan dasar ya?"
Lembar keempat = Tolong hamba ya Allah
Lembar kelima = ANJRIT WAKTUNYA ABIS #!#^%&*^&)(^&$
Lembar keenam = ...
Gue makin lemes kaya anak kena hepatitis B
'Gimana man?'
'...' Gue diem
'Lumayan kan?'
'Iya' Ujar gue berbohong.
'Oke besok kesini lagi ye. Hari terakhir bro.'
Besoknya gue dateng lagi ke Universitas Negeri Malang buat menjalani tes yang yang ketiga dihari yang kedua ini. Kemampuan IPA yang terdiri dari Matematika IPA, Fisika, Kimia, dan Biologi.
Lembar pertama = Tidak tertarik.
Lembar kedua = Sedikit dapet pencerahan.
Lembar ketiga = Tidak tertarik.
Lembar keempat = Lancar (lancar bengongnya).
Lembar kelima = Banyak kendala.
Lembar keenam = Makin tidak tertarik dengan soal, gue nyari silet disekitar tempat duduk gue.
Lembar ketujuh = Waktunya kapan abis ya? Lama bener.
Bener-bener stuck gue ngerjain kemampuan IPA. Palingan gue (lumayan deh tapi sedikit gak yakin juga) yakin dipelajaran kimia. Gue lemes kali ini kaya orang yang udah kena hepatitis ditambah lagi kena tipus.
'Gimana bro bisa?'
'Susah Bay gak usah dibahas yak.'
'Santai bro bisa kok kita, kita bakal kuliah tahun ini.'
Gue dan Bayu pulang ke rumah om-nya Bayu. Sebelum gue pulang ke rumah om-nya Bayu ternyata gue mendapat kabar kalo gue dan Bayu bakal maen bowling karena diajak ibu-nya Bayu. Gue meng-iyakan ajakan dari Bayu (eh ibu-nya deng, eh tapi Bayu yang ngajakin, eh...Ah sudahlah yang penting diajakin maen bowling). Gue bersama dengan Bayu, ibunya Bayu, dan om-nya Bayu yang mirip Yayan 'Maddog' ke tempat bowling di Dieng.
Berlanjut diposting berikutnya yah.. (semoga aja gue gak lupa posting)
Comments
Post a Comment