30 Days of Productivity: Menjadi Seorang Arsitek

Day 11
Menjadi Seorang Arsitek

Gue kemarin baru aja nonton di youtube tentang sebuah film dokumenter mengenai pendidikan arsitektur. Dari tontonan tersebut gue menyadari banyak hal selama perjalanan di pendidikan arsitektur. Mulai dari begadang, bikin maket, ngerjain tugas studio, sampai hal-hal yang membuat gue senyum-senyum sendiri kek abis ketemu gebetan gue kalo diingat-ingat. Di tulisan ini gue akan bercerita mengenai proses yang gue alami selama masa perkuliahan di arsitektur. Oh iya, kalo mau mengenal jauh tentang apa yang gue tonton bisa lihat video di bawah ini ya.


Semester 1
Awal mimpi buruk gue di dunia perkuliahan. Gue gak kebayang sebelumnya bakal singgah di jurusan arsitektur. Gue cuman kebayang kedokteran adalah satu-satunya tujuan kuliah gue. Impian gue sirna ketika gagal tes kedokteran untuk ke-11 kalinya. Di sini gue cuman berdoa semoga Tuhan menunjukan jalan yang paling terbaik buat gue. Paling engga, gue bisa survive sampai lulus. Pada saat gue gak keterima (lagi) di jurusan kedokteran, gue diberikan saran sama kakak istrinya kakak gue untuk mendaftar di kampus ITENAS Bandung. Gue gak tau itu kampus apa rumah bordil soalnya dari namanya terdengar asing buat gue. Yang gue tau kampus di Bandung cuman ITB sama UNPAD. Berkat saran (dan sedikit paksaan), daftarlah gue ke sana dan dengan suksesnya gue keterima. Lucunya gue keterima dua jurusan di kampus ini, di saat jurusan kedokteran di 8 kampus menolak gue. Mungkin faktor ketampanan berpengaruh di sini sehingga gue bisa keterima di kampus ini. Tes pertama gue ikutin lewat jalur one day test pilihannya jatuh kepada jurusan teknik sipil. Tes gak niat itu gue kerjakan selama setengah jam dari waktu yang disediakan yaitu tiga jam. Hasilnya? Gue diterima dengan mudahnya. Saat daftar ulang, nyokap gue ngeliat ada jalur tes USM untuk jurusan arsitektur. Di sanalah hasrat untuk mendaftarkan gue dan ikut tes USM tersebut. Karena gak mau dicap sebagai anak durhaka, gue daftar di USM gelombang 5. Sekali lagi, gue keterima tes tersebut padahal ngerjainnya aja gak pake niat atau joki. Andai saja gue bisa diterima saat saat gue nembak cewe, pasti gue menjadi ahli dibidang memikat wanita.

*diludahin*

Di antara dua pilihan jurusan yang gue dapat, nyokap gue menyarankan untuk memilih jurusan arsitektur karena beliau melihat ada masa depan di sana buat gue ketimbang jurusan sipil. Daripada gue nolak rejeki yang udah didapat dan gak mau ngecewain orang tua gue lagi, gue memilih jurusan arsitektur.

Secara resmi gue menjadi angkatan 2012 Teknik Arsitektur ITENAS. Gue bertemu rekan-rekan gue di kampus ini untuk masa-masa perkuliahan yang gue jalanin. Tingkah dan kelakuannya aneh-aneh. Maklum kampus tersebut menerima berbagai kalangan dan etnik, macam-macam bentuknya layaknya barang yang dijual di IKEA. Unik-unik dan asyik. Dari sanalah gue memulai cerita arsitektur dalam dunia perkuliahan bersama mereka.

Hari pertama studio perancangan arsitektur, sebutan mata kuliahnya Dasar Perancangan Arsitektur. Gak kebayang harus mau ngapain. Tempel KTM dijidat? Telanjang sambil joged poco-poco? Gue bingung. Makanya sebelum studio itu dilakukan, gue nanya ke temen gue di kampus lain yang kebetulan satu jurusan sama gue peralatan apa saja yang harus gue bawa saat studio.

Gue: "Cuy, hari pertama studio harus bawa peralatan apa aja?"
Temen Gue: "Pensil, penggaris, karburator, gerinda, las karbit."
Gue: "Lah serius lo?!"
Temen Gue: "Serius nyet! Gak percayaan amat sama gue."

Terasa ada yang mengganjal dibenak gue, akhirnya gue coba cek lagi apakah benar ini teman gue yang jurusan arsitektur. Pas di cek kontaknya, gue baru inget dia anak mesin.

*ngelas pager rumah*

Hari demi hari gue lewati selama masa-masa studio dan yang gue rasain itu semakin terasa berat. Tugas-tugas studio yang gue kerjain aja rata-rata nilainya 40-60. Ada sih pencapaian tertinggi gue saat studio dasar ini, waktu di kasih tugas proyeksi gambar dan perspektif eksterior. Masing-masing dikasih nilai 70 dan 72. Gue juga gak nyangka bisa dapet nilai segitu. Mungkin asisten dosen gue lagi ngantuk ketika kerjaan yang diembani di proyek begitu berat. Pada tugas akhir studio tersebut, akhirnya gue disuruh merancang bangunan dengan fungsi sebagai shelter bus. Dari sana gue benar-benar merasakan menjadi seorang arsitek. Survey lapangan, membuat konsep, hingga tahap merancanga gue lakukan. Di akhir pertemuan dan presentasi gue mendapatkan nilai 74. Tapi semua itu gak menyelamatkan gue dari nilai-nilai buruk sebelumnya sehingga nilai akhir mata kuliah Dasar Perancangan Arsitektur gue adalah C.

Semester 2
Pada semester ini, gue bertekad untuk memperbaiki nilai-nilai sebelumnya di studio. Sedikit semangat yang muncul ketika gue mengetahui gue akan merancang bangunan kembali. Di mata kuliah Perancangan Arsitektur 1, gue dihadapkan dengan merancang sebuah fungsi pusat informasi dan kafe. Semangat gue kuliah tiba-tiba hilang ketika gue mengingat tujuan gue adalah kedokteran bukan arsitektur. Dan gue masih ada kesempatan sekali lagi untuk mengikuti SNMPTN. Fokus gue terbagi antara tugas studio dan kewajiban gue untuk belajar persiapan SNMPTN. Di sana gue mulai bibit-bibit penolakan gue terhadap segala macam yang berhubungan dengan arsitektur karena gue mau fokus tes kedokteran. Penolakan tersebut sampai akhirnya menjadi petaka buat gue. Di akhir tugas terakhir di studio ini, gue dibantai abis-abisan sama dosen penguji gue saat presentasi akhir karena gue menunjukan attitude kurang baik di depan dia. Kabar lebih buruknya, dosen penguji gue cewek. Habislah gue di sana seperti ditelan api neraka. Dari sana gue pesimis bisa lulus di studio ini. Beruntungnya, gue dapet asisten dosen yang baiknya keterlaluan. Waktu itu gue sempat menceritakan apa yang gue rasakan selama masa-masa studio. Mungkin iba karena melihat gue cukup menderita di studio ini. Udah item, kurus, begadang mulu kerjaannya, hidup lagi. Kata beliau, dia melihat gue usaha dengan maksimal untuk melewati tahap-tahap studio. Dan akhirnya gue dapet nilai B di studio ini. Tetap saja, hal tersebut gak membantu karena beberapa mata kuliah lainnya gue dapat C. IPK gue di sini mulai turun.

Semester 3
Frustasi. Satu kata yang cukup mewakili di semester ini. Kegagalan gue pada tes kedokteran untuk ke-12 dan ke-13 kalinya membuat gue semakin gak niat kuliah di arsitektur. Bolos kuliah berhari-hari tanpa henti. Akibatnya ada satu mata kuliah yang tidak memperbolehkan gue untuk UAS karena masalah absen. Tugas studio Perancangan Arsitektur 2 pun gue kerjain seadanya. Beberapa tugas nilainya di bawah standar dan mengancam kelulusan gue di studio ini. Beruntungnya, lagi-lagi gue diselamatkan oleh asisten dosen di tugas akhir di studio ini. Dia melihat bahwa gue masih mau usaha ketika hati gue belum berada di jurusan ini. Di sini IPK gue terjun bebas kek orang putus harapan dan mengakhiri hidupnya dengan melompat dari jembatan layang.

Semester 4
Setelah menyadari bahwa kuliah di jurusan arsitektur itu susah, ditambah lagi statement bahwa kuliah di ITENAS itu susah lulus terbukti dengan mata kepala gue sendiri. Banyak mahasiswa-mahasiswa angkatan atas gue, yang mengulang pada studio Perancangan Arsitektur 3 di semester ini. Di sana gue berpikir kembali, kalo gue berada di posisi mereka, gue secara gak langsung membunuh batin orang tua gue perlahan-lahan. Di sini gue mau coba usaha lebih dari studio-studio sebelumnya. Gue bertekad untuk membuat nilai A di studio ini. Di tugas pertama, gue dipertemukan sama asisten dosen cukup senior. Beliau melihat gue dan berkata bahwa hati gue masih belum sepenuhnya di jurusan arsitektur. Gue kaget dengan statement beliau. Akhirnya setiap gue asistensi tugas ke beliau, beliau malah memberikan advice ke gue berupa pelajaran kehidupan. Gue berasa nonton Mario Teguh secara langsung empat mata. Untuk gue anaknya gak gampang baper, jadi gak ada bibit-bibit cinta di sana. Lagipun beliau juga seseorang laki-laki. Serem juga kalo gue baper sama beliau. Di tugas pertama pada studio ini gue cuman ngumpulin 15 dari 23 gambar yang disuruh. Lucunya gue malah mendapatkan nilai B. Teman-teman gue yang ngumpulin gambar yang jumlahnya sama kaya gue malah dapet C. Lanjut di tugas dua dengan fungsi hunian dan restoran di lahan berkontur dengan asisten dosen yang berbeda. Kebetulan gue dapet wali dosen gue. Prosesnya sih nyebelin karena beliau selalu mengulang-ngulang apa yang gue udah telah buat, direvisi, dan diulang lagi. Ujung-ujungnya yang dipilih adalah desain pertama gue. Di sini gue juga gak nyangka ketertinggalan yang gue alami karena sering revisi desain, gue bisa mengejarnya dengan sangat cepat. Entah kekuatan dari mana, waktu itu H-2 deadline pengumpulan, gue baru mengerjakan 8 dari 23 gambar. Padahal satu gambarnya aja memakan waktu 2 sampai 4 jam. Ditambah lagi waktu itu ada satu gambar yang diwajibkan menggambarkannya di A1. Gue ngegambar di atas kertas A1 berasa naik karpetnya jin dan jun yang bisa terbang. Dari sanalah titik balik gue di masa perkuliahan ini, gue bisa mendapatkan desain yang puas selama gue menjalani mata kuliah studio walaupun cuman dapet B (gak sesuai ekspektasi soalnya yang mengharapkan nilai A).

Dari kesenangan tersebut ada satu sisi kesedihan gue di saat gue mengetahui beberapa teman-teman gue yang gue rasa lebih expert dan lebih niat berarsitektur daripada gue gugur di tengah-tengah jalan. Gue gak terlalu mengetahui apa sebabnya, yang jelas gue mau gak mau harus tetap melanjutkan proses studio gue di semester-semester selanjutnya. Ada satu kalimat bijak dari asisten dosen di tugas pertama gue yang sampai sekarang masih nyangkut di kepala gue dan menjadi motivasi buat gue

"Kamu udah digarisin jadi arsitek, tinggal dari kamu mau nebelinnya apa engga."

Semester 5
Studio Perancangan Arsitektur 4 punya kejadian unik. Gue pegang soal tugas studio aja gemeteran. Beneran gemeteran kek abis kecopetan duit 1 miliar di tas. Alasan gue pegang soal tersebut sampai gemeteran karena gue gak nyangka bisa sampai semester 5. Padahal prediksi awal gue kuliah di sini adalah gue akan stuck di studio Perancangan Arsitektur 2 atau Perancangan Arsitektur 3. Di sini gue benar-benar mulai segala macam ngerjain tugasnya dari niat dan hati gue secara penuh. Di studio ini gue dipertemukan sama asisten dosen yang cukup ahli di bidangnya. Beliau bekerja di salah satu konsultan ternama di Indonesia yaitu URBANE sehingga gue bisa mendapatkan segala macam ilmu dari beliau. Gue diajarkan cara mengolah data dari hasil data-data yang gue dapat sehingga menjadi konsep dan rancangan desain. Walaupun nilai gue lebih unggul dibanding teman-teman kelompok gue lainnya, gue hanya mendapatkan nilai B di studio ini. IPK gue perlahan-lahan merangkak naik. Persis kaya cicak di dinding.

Semester 6
Studio Perancangan Arsitektur 5 gue ditugaskan untuk merancang bentang lebar. Awalnya bingung karena di mata kuliah Struktur dan Konstruksi Bentang Lebar aja gue dapet C. Kalo gue diberikan tanggungjawab untuk membangun bentang lebar pada saat itu, niscaya bangunan gue akan rubuh. Namun gue tetap cari celah bagaimana caranya gue masih bisa konsisten dalam totalitas gue di studio perancangan. Di semester ini juga, gue coba memulai sayembara arsitektur pertama gue bersama teman pertama gue di jurusan arsitektur Luthfan. Di semester ini gue hampir mendapatkan nilai A. Gue inget banget perolehan nilai gue 78,5. Nilai gue jatuh di UAS yang ditugaskan untuk membuat portofolio. Waktu itu lagi ada deadline sayembara yang bersamaan dengan deadline pengumpulan portofolio. Karena gue mulai merasa gak puas dengan apa yang gue dapatkan selama proses studio di jurusan arsitektur kampus gue, gue akhirnya lebih mengutamakan sayembara dibanding tugas studio kampus. Akhirnya gue mendapatkan nilai B di studio ini.

Pada semester ini, gue harus mengambil mata kuliah kerja praktek yang diharuskan magang di suatu konsultan atau kontraktor untuk mempraktekan apa yang gue dapatkan selama masa perkuliahan di dunia kerja. Waktu itu gue ngelamar ke delapan tempat. Alhamdulillahnya gue keterima di tiga tempat dan rata-rata konsultan yang menerima gue sebagai anak magangnya cukup mempunyai nama yang bagus. Konsultan itu adalah LABO, House The House, dan Abimantra. Pilihan gue jatuh kepada House The House karena gue melihat ada hal menarik yang bisa gue ambil dari sana yaitu ilmu branding mengingat konsultan tersebut mempunyai track record yang baik untuk sebuah konsultan. Salah satu proyeknya antara lain Braga Culinary Night, Keuken, dll. Suatu kebutuhan buat gue karena sejujurnya gue mulai menyukai bidang branding karena gue melihat potensi Bandung yang begitu banyak dan keren itu diawali dengan branding yang baik dan benar.

Semester 7
Puncak ketidakpuasan gue terhadap pembelajaran studio di kampus gue ada di semester ini pada Perancangan Arsitektur 6. Di sini gue juga hampir mendapatkan nilai A dan gue inget nilai gue 77,5. Di sini justru fokus gue malah melenceng dari arsitektur menjadi bidang desain grafis. Makanya selama masa-masa studio yang gue jalani, gue sering ikut sayembara arsitektur dan mendapatkan proyek desain grafis karena menurut gue apa yang gue kerjakan di kampus sebenarnya gak berpengaruh apa-apa sama pola pikir yang gue bentuk. Segala macam yang gue dapatkan di tempat magang dulu gue terapkan di sayembara arsitektur maupun dalam proyek desain grafis gue.

Semester 8
Pada semester ini, gue memusukan cuti karena beberapa alasan. Salah satu motivasi terbesar gue cuti adalah selama gue kuliah, gue gak terlalu banyak mendapatkan apa yang gue harapkan dari perkuliahan arsitektur guna berkarir di bidang yang gue inginkan yaitu branding. Padahal tinggal sisa satu mata kuliah lagi yaitu Tugas Akhir Arsitektur. Di masa-masa cuti gue, gue udah ngerencanain mau kemana, mau ngapain, dan mau bagaimana sampai akhirnya semuanya tidak sesuai harapan gue. Gue menganggur selama 6 bulan. Jatuh-jatuhnya kaya liburan semesteran lebih awal. Soalnya harapan gue di akhir masa-masa perkuliahan gue, gue gak mau meninggalkan kampus begitu aja. Setidaknya ada satu karya yang gue tinggalkan yang mungkin aja bisa mengangkat nilai jurusan kampus gue sendiri. Sebuah karya terakhir dan terbaik.

Setelah melewati masa-masa nganggur 6 bulan lamanya, akhirnya Tuhan memberikan jawaban dari doa gue untuk mengawali masa-masa produktif gue guna modal Tugas Akhir gue. Gue pada akhirnya dapet sebuah materi berupa uang dan pengalaman dari bermacam-macam proyek yang gue kerjakan. Misalnya nge-drafting gambar kerja, bikinin portofolio tugas akhir teman gue, bikin manual book untuk sebuah perusahaan, dan lain-lain. Semuanya benar-benar menjawab apa yang menjadi kebutuhan gue. Ditambah lagi waktu itu gue sempat ketemu dengan teman gue anak UNPAR yang kebetulan satu jurusan sama gue. Dia benar-benar menjadi salah satu motivasi gue untuk membuat Tugas Akhir gue menjadi karya terakhir dan terbaik gue selama di kampus. Apa yang dia bagi ke gue merupakan sebuah pola bahwa apa yang gue pelajari di kampus ternyata ada beberapa langkah yang gue lompatin. Nyesel sih baru ketemunya sekarang, tapi gue lihat sisi positifnya. Yang jelas gue bisa menjadikan itu sebagai salah satu dasar gue untuk mewujudkan mimpi gue yang akhirnya menjadi seorang arsitek. Amin.

Di akhir tulisan ini gue akan menuliskan mars dari jurusan arsitektur di kampus gue.

Dulu aku bercita-cita menjadi seorang arsitek
Berdiri tegak membangun bangsa tunaikan tugas yang mulia
Kini aku sedang ditempa di kampus Arsitek ITENAS
Lupa kawan lupa saudara lupakan saja semuanya
Aku tahan sakit-sakit sampai masuk rumah sakit
Aku tahan menderita siang malam pun ditempa
Walaupun slalu ditempa hatiku slalu gembira
Menjadi seorang arsitek...


Sumber Gue Sendiri
Senjata Dasar Gue Saat Belajar Arsitektur Pertama Kali

Comments

  1. Slam kenal,minta sharingnya,materi test usm arsitektur mata pelajaran apa saja dan waktunya total brp jam ?

    ReplyDelete
  2. Kayanya klo disingkat perjuangannya keren juga si mas, kebetulan saya anak arsitektur juga lagi semester 2 yg mau menuju sem 3. Lagi butuh motivasi jadi cari2 blog yg cerita perjuangan pas kuliah arsitektur, akhirnya nyampe ke blog ini hehe(lagi frustasi sama nilai studio yg pas2an)

    ReplyDelete
  3. Thanks for sharing, dulu ingin masuk jurusan arsitek tapi malah nggak lulus jadinya ambil pilihan ke2nya despro hehe

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Day 23: Kesehatan Kaki di Waktu Weekend

Day 21: Modernitas Area Bermain Anak

Perjalanan 3 tahun