Skip to main content

Day 22: Maju Kotanya Bahagia Warganya (?)

 Day 22
Maju Kotanya Bahagia Warganya (?)

Sumber: Google Maps dan Olahan Sendiri
Highlight Intervensi Ide Sepanjang Jalan Sudirman Jakarta

Prolog

Kota mempunyai pengertian yang luas dan tidak berhenti oleh beberapa teori dari ahli perkotaan. Setiap penghuni kota punya cara untuk menafsirkan apa arti kota menurut mereka, sehingga kota memiliki kekayaan tersendiri berupa memori pada orang-orang yang tinggal di dalamnya. Seperti halnya sebuah ruang aktual yang mempunyai fungsi, ruang imajiner di dalam otak mempunyai makna untuk menjadi memori sang pengamat. Makna yang muncul dapat diwakilkan oleh perasaan terhadap kejadian-kejadian yang ada dihadapan sang pengamat. Perasaan tersebut menjadikan motivasi sang pengamat untuk menindaklanjuti apa yang akan dilakukan sang pengamat terhadap kejadian-kejadian yang ada dihadapannya.

Melalui arsip, foto, objek temuan, riset, dan isu-isu terkini, karya ini dibuat sebagai sarana untuk mengekspresikan makna kota menurut pandangan sang pengamat.

Maju Kotanya Bahagia Warganya (?)
Mixed Media, 2.3m x 1.2m
2019
Sumber: Gue Sendiri
Karya Pribadi Pada Pameran di Goethe-Institute Jakarta, September 2019

“Maju Kotanya Bahagia Warganya", begitulah slogan yang melekat pada salah satu calon gubernur (Cagub) dalam perhelatan Pilkada DKI 2017 silam. Pada masa kampanye slogan tersebut cukup menarik perhatian warga, hingga dipertanyakan maknanya. Dengan sabar cagub tersebut menjelaskan frasa demi frasa. Menurutnya, kata "Maju" mewakili kondisi kota yang dapat tumbuh, berkembang, dan memiliki infrastruktur yang baik seperti  saluran air bersih dan jembatan untuk warga menyeberang. Kondisi kota mempengaruhi kehidupan  warga yang menempatinya. Jika kota sudah dapat dikatakan maju, kemiskinan dan ketimpangan harus dikurangi. Dengan begitu, warganya juga merasa bahagia.

Dua tahun pasca kampanye Pilkada DKI Jakarta 2017, pembenahan infrastruktur di DKI Jakarta gencar dilakukan guna mewujudkan warga yang berbahagia. Hasilnya tercermin dari  “wajah baru”  infrastruktur di sepanjang Jalan Sudirman. Beragam metode pembenahan telah dilakukan seperti revitalisasi pedestrian, revitalisasi Jembatan Penyeberangan Orang (JPO), pembentukan ruang terbuka (yang tidak terlihat) hijau di beberapa titik, dan lain-lain.  Dari pembenahan yang dilakukan pada Jalan Sudirman, ada beberapa bagian yang terlihat kurang efektif sebagai fungsi dan hanya meninggikan nilai estetika (agar instagrammable). Padahal masih banyak di luar area Jalan Sudirman yang perlu dibenahi guna menunjang aktivitas warga di dalamnya. Ini rasanya seperti menjadikan Jalan Sudirman sebagai laboratorium pembuangan anggaran daerah dengan agenda pembenahan infrastruktur dan proyek percontohan. Dari realita yang dihadapkan terkait pembenahan infrastruktur di Jalan Sudirman selama 2 tahun ke belakang, apakah sudah membuat warganya bahagia seperti yang disebutkan di slogan “Maju Kotanya Bahagia Warganya?" Atau justru membuat warganya kesal karena tidak pembenahan sesuai yang diharapkan? Atau lebih parahnya lagi warga menjadi apatis karena pembenahan yang dilakukan biasa-biasa saja karena tidak berdampak langsung ke individu warga tersebut?

Dengan kegelisahan yang dirasakan, karya ini mencoba memahami maksud 'bahagia' yang tercantum di slogan “Maju Kotanya Bahagia Warganya”. Sejatinya, kebahagiaan hanyalah sebuah konsep abstrak dan harus bersandar pada ekstensi agar menjadi jelas oleh indrawi. Berdasarkan riset lapangan dan isu terkini, karya ini diharapkan dapat menjadi media untuk mencapai “bahagia” yang telah disebutkan pada slogan sehingga kebahagiaan tersebut dapat diteruskan kepada orang lain.


Sumber: Google Maps dan Olahan Sendiri
Highlight Intervensi Ide Sepanjang Jalan Sudirman Jakarta


1. Bundaran HI (Jalan Sudirman - MH Thamrin)



Sumber: Gue Sendiri
Instalasi di Depan Bundaran HI

2. Grand Indonesia yang Menghadap Ke Jalan Sudirman (Dekat Halte TransJakarta Tosari)


Sumber: Gue Sendiri
Halang Rintang Untuk Merespon Alterantif Pedestrian Saat di Lakukan Revitalisasi Pembangunan Pedestrian

3. Spot Budaya (Jalan Sudirman - Dukuh Atas)



Sumber: Gue Sendiri
Jembatan Multifungsi Untuk Berbagai Event

4. Gedung BRI (Jalan Sudirman - Bendungan Hilir)


Sumber: Gue Sendiri
Skala Untuk Mengukur Seberapa Cerah

5. Lingkar Semanggi (Jalur Motor di Jalan Sudirman Menuju Bendungan Hilir)



Sumber: Gue Sendiri
Lubang Drainase yang Dapat Dimanfaatkan Sesuai Kebutuhan

6. Spot Budaya Taman Lingkar Semanggi (Jalur Motor di Bawah Lingkar Semanggi)





Sumber: Gue Sendiri
Berbagai Kegiatan yang Dapat di Lakukan Di Tempat Ini

7. Pedestrian Gelora Bung Karno (Jl. Sudirman Di Dekat Halte TransJakarta Gelora Bung Karno)


Sumber: Gue Sendiri
Pemanfaatan Lebar Pedestrian Untuk Lahan Parkir

Epilog

Karya ini merupakan karya ke-2 gue yang dipamerkan secara publik. Pameran ini berlangsung September 2019 dalam memenuhi subjek pelajaran "Visualkan" oleh Farid Rakun. Gudskul, Studi Kolektif dan Ekosistem Seni Rupa Kontemporer, Jakarta 2019.

Sumber: Gue Sendiri
Peserta Short Course Volume 3 yang Melakukan Pameran di Goethe-Institute Jakarta


Comments

Popular posts from this blog

Perjalanan 3 tahun

*menghela nafas* Tahun 2013 menjadi tahun yang baik buat gue karena disitulah gue akhirnya menyelesaikan tingkat I di jurusan arsitektur di kampus gue. Dan di tahun ini juga, tahun ke tiga buat gue yang menjadi kesempatan terakhir gue untuk mengejar mimpi sebagai calon dokter dengan tes sbmptn (seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri) yang sebelumnya gue udah ikuti sebanyak dua kali. Ngomong-ngomong soal tes sbmptn ini, gue sendiri tahun ini gak terlalu ambisius buat ikut tesnya karena disibukkan oleh jadwal-jadwal perkuliahan yang padat seperti payudara sapi di masa-masa suburnya dan kegiatan-kegiatan kampus lainnya yang membuat gue tidak bisa meluangkan waktu untuk belajar sbmptn ( alasan, padahal sih males aja lo mas ). Emang sih gue masih ngebet buat masuk kedokteran, tapi kalo dipikir-pikir usaha gue gak sebanding dari apa yang gue mau. Jomplang. Maka dari itu gue udah merasa pesimis duluan buat tes sbmptn tahun ini karena gue yakin semakin tahun tes seleksi masuk pergu

Review Buku "SKRIPSHIT"

Halo semuaaaaa.... *geber-geber motor di blog* Untuk postingan kali ini gue bakalan review tentang buku salah satu idola gue @shitlicious tentang "SKRIPSHIT" SKRIPSHIT gambar dari sini Berbeda dengan buku2 sebelumnya yang gue beli berjudul "Shitlicious" dan "Gado-Gado Kualat", buku bang Alit ini memberikan sesuatu yang berbeda.. #TEEEETT *mengulang "kata berbeda"* poin -10 Oke pokus pake "P", kalo pake "F" jadi pokuf ... *di lempar toga* Bagi yang gak tau buku "Shitlicious" dan "Gado-Gado Kualat" berikut kilasan cover depannya..  Shitlicious Gambar dari sini    Gado-Gado Kualat Gambar dari sini Buku SKRIPSHIT ini memberikan sesuatu yang berbeda dari buku-buku sebelumnya, dari segi kata, bahasa, cerita, maupun cover. Sebelumnya gue mau jelasin tentang kekurangan-kekurangan pada buku-buku dia sebelumnya: Pada buku pertama yang dia lahirkan secara normal, kekuranga

Day 23: Kesehatan Kaki di Waktu Weekend

Day 23 Rekam Jejak Kaki dan Aktivitas Pribadi Awal Bulan Juni kemarin gue bersama istri gue... *cailah sekarang udah punya istri, biasanya ceritanya gak jauh dari gebetan, mantan gebetan, dan pacar khayalan*  *ehem* ...oke lanjut. Gue sama istri gue punya wacana untuk liburan ke luar kota. Kita sepakat mencari suasana baru untuk menikmati  weekend  yang biasanya kita habiskan hanya di apartemen tempat tinggal kita. Hal yang gue dan istri mesti sepakati adalah suasana hotel yang tidak seperti apartemen kita yang mana mempunyai tipikal kamar studio XXI , fasilitas kolam renang, dan akses vertikal berupa lift. Buat apa gue dan istri gue ke luar kota, kalo suasananya sama dengan apartemen tempat tinggal kita? Pencarian destinasi wisata yang terjangkau oleh  budget  liburan   kita adalah Anyer, Bandung, dan Pulau Seribu. Dengan segala pertimbangan sampai melibatkan Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi (woilah segitunya), akhirnya kita memilih Bandung karena daerahnya gue cukup hafal dan c