Belajar Sabar
*bersihin debu*
Whoaaaaa udah lama banget gue gak nulis lagi semenjak Perang Diponogoro berakhir. Emang sih akhir-akhir ini gue sibuk karena jadwal kuliah yang lumayan padat (cailah) jadi gue masih belum ada kesempatan buat nulis lagi. Sebenernya ada dua tulisan yang sampe sekarang belum rampung juga dikarenakan sifat gue yang mudah tergoda akan permainan Dota yang membuat gue menunda-nunda waktu gue buat rampungin dua tulisan gue yang seharusnya udah kelar dua bulan yang lalu.
Oh iya masalah kuliah, sekarang gue kuliah di Bandung (untuk sementara waktu ) sembari menunggu kesempatan terakhir gue jika masih ingin mengejar kuliah di jurusan kedokteran. Jurusan yang gue pilih pun sangat jauh dari ekspektasi gue, jurusan arsitektur. Mau bagaimana lagi, ini pun gue pilih karena keinginan orang tua gue yang mengharuskan gue untuk kuliah tahun ini. Sebenarnya gue dapet dua jurusan di universitas swasta tempat gue kuliah sekarang, jurusan teknik sipil dan teknik arsitektur. Setelah bersemedi cukup lama akhirnya (nyokap) gue milih jurusan arsitektur untuk destinasi gue sementara waktu. Sekarang gue jalanin aja apa adanya, yang terjadi biarlah terjadi untuk saat ini sambil menunggu kesempatan terakhir gue untuk mengejar jurusan impian gue yaitu kedokteran.
Bandung, sebuah kota yang tidak asing bagi gue karena sebelumnya gue sering banget kesini untukmangkal melihat keadaan kakak gue yang sebelumnya kuliah di Bandung. Cuma bedanya sama yang sekarang gue kesini sendiri tanpa keluarga yang menemani seperti saat gue ke Bandung pas kakak gue kuliah di sini. Sebuah pengalaman baru yang akan gue jalanin sampai nanti kedepannya. Gue sempet mikir gimana gue buat survival di Bandung mengingat gue orangnya banyak makan sedangkan biasanya kalo anak kost uangnya di jatah. Memang saat di Jakarta salah satu hobi gue adalah makan. Cemilan apapun yang ada di dalam rumah gue makan dengan brutal. Pernah suatu hari saat nyokap gue bikin ayam banyak. Setelah melihat paha-paha ayam yang dengan seksinya berpose di wajan, gue tanya ke nyokap 'Mama kok bikin ayam banyak banget?' Nyokap cuma menjawab dengan anggukan kecil. Lalu nyokap gue pamit ke gue untuk pergi membeli gorengan di depan jalan dan meminta gue untuk menjaga ayam itu. Godaan paha ayam lebih seksi daripada paha SPG Yakult yang suka keliling depan rumah gue. Tanpa basa-basi, 2-5 ayam gue abisin dalam waktu 5 menit, persis kaya anaconda kalo lagi makan rusa. Satu menit berselang nyokap gue pulang dan melihat sekumpulan tulang ayam yang berbaris di wajan. 'Mah ayamnya abis' gumam gue polos. Saat itu juga nyokap cuma bilang 'Yaudah kamu nanti makan angin aja ya 3 hari kedepan'. Maka dari itu gue coba untuk me-manage uang terutama untuk makan.
Pelajaran kesabaran gue pun diuji dengan memesan makanan di sebuah warung tenda di Bandung. Mungkin karena gue mengeluarkan ekspresi memelas dan tampang-tampang bocah yang gampang dibohongin sampai-sampai pesenan gue yang seharusnya dikasih ke gue akhirnya dikasih ke orang lain. Dua kali. Kesel yang terpendam semakin ingin meledak karena gue gak bisa menahan lapar yang tak tertahan ditambah lagi iler yang udah mengucur deras membanjiri kota Bandung ketika melihat makanan yang akan gue makan. Ingin rasanya untuk mengobrak-abrik warung tenda tersebut, tapi tertahan oleh satu khayalan kecil gue. Kalo gue mengobrak-abrik tenda makan tersebut niscaya perang dunia ke-3 akan terjadi. Kenapa? karena saat gue tertangkap mengobrak-abrik tenda tersebut, gue akan di arak ke gedung sate dan di sambit sama seluruh warga Bandung dan ketika salah satu orang Jakarta mengenal dan tau bahwa gue orang Jakarta, orang Jakarta tersebut akan menghubungi rekan-rekannya, preman-preman Jakarta untuk menyerang Bandung. Saat itulah perang antara warga Jakarta dan warga Bandung pecah. Dipikir-pikir lebay banget sih dan saat itu juga gue mengurungkan niat gue untuk mengobrak-abrik warung tenda tersebut walaupun akhirnya pesenan gue dateng dan nafsu makan gue udah gak banyak lagi karena terguyur emosi yang gue pendam karena kesal pesanan gue dikasih ke orang lain.
Pelajaran sabar yang berikutnya datang dari gue hendak membeli peralatan-peralatan yang dibutuhkan oleh mahasiswa arsitektur. Saat beli alat-alat arsitektur gue udah males aja karena banyak dan kalo dijumlah biayanya sama kaya biaya gue makan satu bulan. Penggaris, pensil, penghapus, kertas, dan peralatan lainnya yang dipake juga ternyata ada yang khusus untuk arsitektur. Kirain gue sih peralatan-peralatan tersebut peralatan-peralatan tulis biasa yang bisa gue nemu jatoh berserakan di kelas-kelas saat gue sekolah SMP-SMA. Gue gak enak minta orang tua gue karena ini baru awal bulan dan sebelumnya gue berjanji untuk memakai uang gue sendiri kalo untuk kebutuhan arsitek. Berhubung perkiraan biaya yang dibutuhkan gak sebanding dengan pemikiran gue, dengan sangat terpaksa gue minta ke orang tua gue. Alhamdulillah walaupun cuma dikasih seperempat dari biaya yang dibutuhkanm gue tetap berterima kasih kepada orang tua gue. Lagipun ini cuma sementara waktu semoga aja tahun depan gue udah kuliah di jurusan kedokteran, walaupun biayanya mungkin lebih besar dari arsitektur tapi gue ikhlas ngeluarin uang banyak demi pembelajaran saat di kedokteran nanti karena passion gue yang ingin kuliah di kedokteran.
Buat hari ini kesabaran gue teruji saat menggambar sketsa. Jujur dalam menggambar gue paling jago kalo gambar dinosaurus kartun dan boneka, itupun hasilnya masih kurang sempurna. Si dinosaurus yang gue gambar kalo dilihat-lihat kaya kadal kena busung lapar dan kalo gue gambar boneka dilihat-lihat kaya jenglot. Nah pas disuruh buat sketsa itulah gue mulai nge-down karena gue gak ngerti cara sketsa suatu objek, yang gue tau sketsa adalah acara Tr*ans T*v yang ketawanya ketawa rekaman kru Tr*ans T*v yang sebelum-sebelumnya. Kelas gue kebagian sketsa gedung rektorat yang berada di dekat pintu masuk utama kampus gue. Gue lihat temen-temen gue yang sketsa-nya mirip dengan foto-foto di google. 'ANJRIT' pikir gue. Setelah selesai pengerjaan gue lihat temen-temen gue yang sketsanya persis kaya gedung rektorat kampus gue sedangkan sketsa gue mirip dengan gedung rektorat pasca puting beliung. Untung aja gue punya sifat cuek. Jadi kalo ditanya sama dosen ataupun asisten dosen 'Gambar apa ini?!' Gue dengan polos menjawab 'Gedung rektorat pasca puting beliung pak', niscaya gue akan mengulang semester depan.
Banyak pelajaran kesabaran yang gue dapet sampe sekarang semenjak gue hidup mandiri di Bandung. Semoga dengan belajar sabar ini merupakan pijakan kecil dan menjadi modal utama gue untuk kuliah di jurusan kedokteran. Amin.
Whoaaaaa udah lama banget gue gak nulis lagi semenjak Perang Diponogoro berakhir. Emang sih akhir-akhir ini gue sibuk karena jadwal kuliah yang lumayan padat (cailah) jadi gue masih belum ada kesempatan buat nulis lagi. Sebenernya ada dua tulisan yang sampe sekarang belum rampung juga dikarenakan sifat gue yang mudah tergoda akan permainan Dota yang membuat gue menunda-nunda waktu gue buat rampungin dua tulisan gue yang seharusnya udah kelar dua bulan yang lalu.
Oh iya masalah kuliah, sekarang gue kuliah di Bandung (untuk sementara waktu ) sembari menunggu kesempatan terakhir gue jika masih ingin mengejar kuliah di jurusan kedokteran. Jurusan yang gue pilih pun sangat jauh dari ekspektasi gue, jurusan arsitektur. Mau bagaimana lagi, ini pun gue pilih karena keinginan orang tua gue yang mengharuskan gue untuk kuliah tahun ini. Sebenarnya gue dapet dua jurusan di universitas swasta tempat gue kuliah sekarang, jurusan teknik sipil dan teknik arsitektur. Setelah bersemedi cukup lama akhirnya (nyokap) gue milih jurusan arsitektur untuk destinasi gue sementara waktu. Sekarang gue jalanin aja apa adanya, yang terjadi biarlah terjadi untuk saat ini sambil menunggu kesempatan terakhir gue untuk mengejar jurusan impian gue yaitu kedokteran.
Bandung, sebuah kota yang tidak asing bagi gue karena sebelumnya gue sering banget kesini untuk
Pelajaran kesabaran gue pun diuji dengan memesan makanan di sebuah warung tenda di Bandung. Mungkin karena gue mengeluarkan ekspresi memelas dan tampang-tampang bocah yang gampang dibohongin sampai-sampai pesenan gue yang seharusnya dikasih ke gue akhirnya dikasih ke orang lain. Dua kali. Kesel yang terpendam semakin ingin meledak karena gue gak bisa menahan lapar yang tak tertahan ditambah lagi iler yang udah mengucur deras membanjiri kota Bandung ketika melihat makanan yang akan gue makan. Ingin rasanya untuk mengobrak-abrik warung tenda tersebut, tapi tertahan oleh satu khayalan kecil gue. Kalo gue mengobrak-abrik tenda makan tersebut niscaya perang dunia ke-3 akan terjadi. Kenapa? karena saat gue tertangkap mengobrak-abrik tenda tersebut, gue akan di arak ke gedung sate dan di sambit sama seluruh warga Bandung dan ketika salah satu orang Jakarta mengenal dan tau bahwa gue orang Jakarta, orang Jakarta tersebut akan menghubungi rekan-rekannya, preman-preman Jakarta untuk menyerang Bandung. Saat itulah perang antara warga Jakarta dan warga Bandung pecah. Dipikir-pikir lebay banget sih dan saat itu juga gue mengurungkan niat gue untuk mengobrak-abrik warung tenda tersebut walaupun akhirnya pesenan gue dateng dan nafsu makan gue udah gak banyak lagi karena terguyur emosi yang gue pendam karena kesal pesanan gue dikasih ke orang lain.
Pelajaran sabar yang berikutnya datang dari gue hendak membeli peralatan-peralatan yang dibutuhkan oleh mahasiswa arsitektur. Saat beli alat-alat arsitektur gue udah males aja karena banyak dan kalo dijumlah biayanya sama kaya biaya gue makan satu bulan. Penggaris, pensil, penghapus, kertas, dan peralatan lainnya yang dipake juga ternyata ada yang khusus untuk arsitektur. Kirain gue sih peralatan-peralatan tersebut peralatan-peralatan tulis biasa yang bisa gue nemu jatoh berserakan di kelas-kelas saat gue sekolah SMP-SMA. Gue gak enak minta orang tua gue karena ini baru awal bulan dan sebelumnya gue berjanji untuk memakai uang gue sendiri kalo untuk kebutuhan arsitek. Berhubung perkiraan biaya yang dibutuhkan gak sebanding dengan pemikiran gue, dengan sangat terpaksa gue minta ke orang tua gue. Alhamdulillah walaupun cuma dikasih seperempat dari biaya yang dibutuhkanm gue tetap berterima kasih kepada orang tua gue. Lagipun ini cuma sementara waktu semoga aja tahun depan gue udah kuliah di jurusan kedokteran, walaupun biayanya mungkin lebih besar dari arsitektur tapi gue ikhlas ngeluarin uang banyak demi pembelajaran saat di kedokteran nanti karena passion gue yang ingin kuliah di kedokteran.
Buat hari ini kesabaran gue teruji saat menggambar sketsa. Jujur dalam menggambar gue paling jago kalo gambar dinosaurus kartun dan boneka, itupun hasilnya masih kurang sempurna. Si dinosaurus yang gue gambar kalo dilihat-lihat kaya kadal kena busung lapar dan kalo gue gambar boneka dilihat-lihat kaya jenglot. Nah pas disuruh buat sketsa itulah gue mulai nge-down karena gue gak ngerti cara sketsa suatu objek, yang gue tau sketsa adalah acara Tr*ans T*v yang ketawanya ketawa rekaman kru Tr*ans T*v yang sebelum-sebelumnya. Kelas gue kebagian sketsa gedung rektorat yang berada di dekat pintu masuk utama kampus gue. Gue lihat temen-temen gue yang sketsa-nya mirip dengan foto-foto di google. 'ANJRIT' pikir gue. Setelah selesai pengerjaan gue lihat temen-temen gue yang sketsanya persis kaya gedung rektorat kampus gue sedangkan sketsa gue mirip dengan gedung rektorat pasca puting beliung. Untung aja gue punya sifat cuek. Jadi kalo ditanya sama dosen ataupun asisten dosen 'Gambar apa ini?!' Gue dengan polos menjawab 'Gedung rektorat pasca puting beliung pak', niscaya gue akan mengulang semester depan.
Banyak pelajaran kesabaran yang gue dapet sampe sekarang semenjak gue hidup mandiri di Bandung. Semoga dengan belajar sabar ini merupakan pijakan kecil dan menjadi modal utama gue untuk kuliah di jurusan kedokteran. Amin.
Comments
Post a Comment