Pekan Yang Berat
"Kalo saba'a tujuh, kalo delapan apa ya?"
*gue bingung*
"Bahasa Arab itu A*."
*gue mikir*
"Oh yaudah deh gak jadi. Hehe..." (ninggalin gue sambil nyengir)
*A = panggilan "mas" yang biasa diucapkan orang Bandung.
Percakapan yang GAK JELAS BANGET tadi terjadi saat gue hendak pergi ke Mesjid untuk menunaikan ibadah solat Maghrib.
*benerin peci* *elus-elus janggut*
Saat itu gue dihadang sama mas-mas berperawakan semi-brewok dengan postur tubuh setinggi kulkas satu pintu, dihiasi dengan senyumannya yang seperti aktor antagonis yang telah berhasil mengeksekusi rencana jahatnya (Gue singkat aja jadi MMBSBDPTBSKSPDDSYSAAAYTBMRJ). Gue merinding disko saat tiba-tiba sang MMBSBDPTBSKSPDDSYSAAYTBMRJ menghadang di depan gue. Sontak gue kaget karena saat itu gue lagi ngayal tentang gebetan gue (cailah). Dua detik berselang, terjadilah dialog antara gue dan MMBSBDPTBSKSPDDSYSAAAYTBMRJ seperti yang gue udah tulis sebelumnya. Gue sempet mikir apa yang bakal gue lakukan: 1. Gue berteriak-kencang 2. Gue lari kencang-kencang 3. Gue pipis kencang-kencang. Ketika ingin melakukan salah satu tiga hal yang tadi, MMBSBDPTBSKSPDDSYSAAAYTBMRJ itu berlalu. Tidak lupa juga dengan senyuman yang licik.
Sungguh aneh.
Terlepas dari kejadian itu (sekedar intermezzo buat panjang-panjangin tulisan. Eh tapi serius itu kejadiannya beneran), hari-hari gue jalani sebagai mahasiswa arsitektur makin lama makin berat. Faktor utamanya adalah penilaian tugas. Yap, sudah 4 tugas yang terdeteksi mendapatkan nilai 50-55. Entah faktor gue yang emang kurang mampu ngerjainnya, faktor dosen yang pelit nilai, ataupun faktor muka gue lebih ganteng dari dosen. Yang jelas nilai-nilai tersebut sudah mencorengkan impian gue untuk mendapatkan IPK 3,5 ke atas. Karena bahwasanya kalo nilai tersebut sudah menghiasi ruang-ruang di tempat nilai akhir gue, gue bakal sulit menjalani kuliah dengan mempertahankan IPK 3,5 sampai lulus. Itupun kalo misalnya gue terus kuliah di situ (gak dapet kedokteran gitu). Entah dukungan apa yang gue butuhkan sehingga gue bisa bangkit darikubur keterpurukan ini, pokoknya gue harus bisa dapet nilai minimal 70 buat mengamankan nilai IPK saat akhir semester nanti. Mau dukungan dari orang tua, gebetan (ngarep), ataupun dukungan suporter Manchester United (lah). Yang jelas gue selalu terngiang perkataan dosen, "Kalian kuliah di sini bukan buat cari nilai, tapi cari ilmu". Itu yang selalu gue pegang teguh sampai saat ini.
Oh iya gue jadi pengen share cerita saat gue tidak terpilih menjadi ketua angkatan. Hari Rabu di mana hari yang jadwalnya cuma studio doang (studio tuh kelas yang di mana kegiatannya cuma gambar, isi absen, sama ketemu gebetan). Pulangnya, satu angkatan 2012 dikumpulkan untuk menyaksikan hasil akhir dari pemilihan ketua angkatan 2012. Pemilihannya sih udah dilaksanakan hari selasa dengan cara menyontreng nama calon ketua angkatan cewek dan cowok. Hari rabunya seluruh angkatan 2012 disuruh kumpul di ruang pameran, tempat besar yang bisa menampung angkatan 2012. Cara pengumpulan seluruh angkatan 2012 pun cukup licik. Dengan membawa absen pulang ke ruang pameran. Absen pulang adalah absen yang wajib di tanda tangan oleh mahasiswa saat kelas selesai. Dengan cara itu, semua angkatan 2012 berbondong-bondong menuju ruang pameran. Posisi angkatan 2012 saat itu seakan terjebak oleh umpan sang pemburu yang hendak ingin menangkap buruannya.Gue yakin siapapun pencetus ide ini gedenya nanti bakal jadi otak dalam suatu rencana jahat kaya di sinetron-sinetron. Penghitungan suara pun dimulai dan para calon ketua angkatan diharap keluar. Gue sempet mikir kenapa para calon ketua angkatan disuruh keluar. Mungkin guna untuk mencegah tindakan anarki yang sewaktu-waktu bisa terjadi. Siapa tau aja kan misalnya saat lagi ngitung dan posisi gue lagi kalah, gue ngamuk-ngamuk telanjang dan mengancam akan mem-bom ruangan pameran saat itu jika gue enggak menang. Siapa tau. And this is the final result.
*gue bingung*
"Bahasa Arab itu A*."
*gue mikir*
"Oh yaudah deh gak jadi. Hehe..." (ninggalin gue sambil nyengir)
*A = panggilan "mas" yang biasa diucapkan orang Bandung.
Percakapan yang GAK JELAS BANGET tadi terjadi saat gue hendak pergi ke Mesjid untuk menunaikan ibadah solat Maghrib.
*benerin peci* *elus-elus janggut*
Saat itu gue dihadang sama mas-mas berperawakan semi-brewok dengan postur tubuh setinggi kulkas satu pintu, dihiasi dengan senyumannya yang seperti aktor antagonis yang telah berhasil mengeksekusi rencana jahatnya (Gue singkat aja jadi MMBSBDPTBSKSPDDSYSAAAYTBMRJ). Gue merinding disko saat tiba-tiba sang MMBSBDPTBSKSPDDSYSAAYTBMRJ menghadang di depan gue. Sontak gue kaget karena saat itu gue lagi ngayal tentang gebetan gue (cailah). Dua detik berselang, terjadilah dialog antara gue dan MMBSBDPTBSKSPDDSYSAAAYTBMRJ seperti yang gue udah tulis sebelumnya. Gue sempet mikir apa yang bakal gue lakukan: 1. Gue berteriak-kencang 2. Gue lari kencang-kencang 3. Gue pipis kencang-kencang. Ketika ingin melakukan salah satu tiga hal yang tadi, MMBSBDPTBSKSPDDSYSAAAYTBMRJ itu berlalu. Tidak lupa juga dengan senyuman yang licik.
Sungguh aneh.
Terlepas dari kejadian itu (sekedar intermezzo buat panjang-panjangin tulisan. Eh tapi serius itu kejadiannya beneran), hari-hari gue jalani sebagai mahasiswa arsitektur makin lama makin berat. Faktor utamanya adalah penilaian tugas. Yap, sudah 4 tugas yang terdeteksi mendapatkan nilai 50-55. Entah faktor gue yang emang kurang mampu ngerjainnya, faktor dosen yang pelit nilai, ataupun faktor muka gue lebih ganteng dari dosen. Yang jelas nilai-nilai tersebut sudah mencorengkan impian gue untuk mendapatkan IPK 3,5 ke atas. Karena bahwasanya kalo nilai tersebut sudah menghiasi ruang-ruang di tempat nilai akhir gue, gue bakal sulit menjalani kuliah dengan mempertahankan IPK 3,5 sampai lulus. Itupun kalo misalnya gue terus kuliah di situ (gak dapet kedokteran gitu). Entah dukungan apa yang gue butuhkan sehingga gue bisa bangkit dari
Oh iya gue jadi pengen share cerita saat gue tidak terpilih menjadi ketua angkatan. Hari Rabu di mana hari yang jadwalnya cuma studio doang (studio tuh kelas yang di mana kegiatannya cuma gambar, isi absen, sama ketemu gebetan). Pulangnya, satu angkatan 2012 dikumpulkan untuk menyaksikan hasil akhir dari pemilihan ketua angkatan 2012. Pemilihannya sih udah dilaksanakan hari selasa dengan cara menyontreng nama calon ketua angkatan cewek dan cowok. Hari rabunya seluruh angkatan 2012 disuruh kumpul di ruang pameran, tempat besar yang bisa menampung angkatan 2012. Cara pengumpulan seluruh angkatan 2012 pun cukup licik. Dengan membawa absen pulang ke ruang pameran. Absen pulang adalah absen yang wajib di tanda tangan oleh mahasiswa saat kelas selesai. Dengan cara itu, semua angkatan 2012 berbondong-bondong menuju ruang pameran. Posisi angkatan 2012 saat itu seakan terjebak oleh umpan sang pemburu yang hendak ingin menangkap buruannya.Gue yakin siapapun pencetus ide ini gedenya nanti bakal jadi otak dalam suatu rencana jahat kaya di sinetron-sinetron. Penghitungan suara pun dimulai dan para calon ketua angkatan diharap keluar. Gue sempet mikir kenapa para calon ketua angkatan disuruh keluar. Mungkin guna untuk mencegah tindakan anarki yang sewaktu-waktu bisa terjadi. Siapa tau aja kan misalnya saat lagi ngitung dan posisi gue lagi kalah, gue ngamuk-ngamuk telanjang dan mengancam akan mem-bom ruangan pameran saat itu jika gue enggak menang. Siapa tau. And this is the final result.
Nama gue Rifqi H. D
.
.
.
kalah jauh
Saat melihat hasil itu gue gak tau harus sedih apa seneng (banget). Kenapa sedih, sedih karena gue gak terpilih menjadi ketua angkatan sehingga gue gak bisa kenal lebih banyak (dan mudah) orang selain angkatan 2012 dilingkup kampus gue. Kalo seneng(banget)nya predikat gue jadi "mantan calon ketua angkatan" (keren kan). Selain predikat yang tadi, gue seneng karena gue gak terbebani dengan waktu dan pikulan layaknya seorang ketua angkatan dan gue bisa mengejar cita-cita gue buat dapetin jurusan kedokteran di universitas negeri/swasta tahun depan. Setelah gue introspeksi diri, merenung dikamar mandi ternyata memang benar, gue belum pantas menjadi seorang ketua angkatan. Gue menyadari masih banyak kekurangan di dalam diri gue, salah satunya adalah rasa pendiam yang melekat erat di dalam diri gue. Sebagai ketua angkatan pendiam adalah suatu hal yang makruh karena tugas ketua angkatan itu sendiri harus-lah menjadi satu figur yang bisa berbaur dengan lainnya dan pandai bergaul. Sangat bertolak belakang dengan sifat gue. Dengan tidak terpilihnya gue sebagai ketua angkatan 2012 gue jadi dapet pelajaran bahwasanya gue mulai dari sekarang harus belajar untuk berbaur dan pandai bergaul (tidak lupa juga belajar untuk ujian masuk ptn tahun depan). Lagipun ekspektasi gue saat ini untuk masuk kedokteran tahun depan, bukan menjadi seorang ketua angkatan. Mungkin aja dengan tidak dipilihnya gue sebagai ketua angkatan bisa jadi batu loncatan gue untuk menjadi seorang presiden RI #ngimpiajalonyet
Beralih dari ketua angkatan. Hari sabtu kemaren gue mengalami kecelakaan kecil yang bernama "Tragedi Pecah Mata ke-Tiga dan ke-Empat". Kejadian itu terjadi saat gue lagi bermain basket bersama angkatan 2012. Karena kebiasaan gue pake kacamata baik saat belajar, maen, bahkan sambil mandi, gue gak melepas kacamata gue. Begitu pun saat gue bermain basket. Saat permainan basket berlangsung, gue dengan gagahnya ingin menghadang laju dari Kevin, teman sepermainan gue yang berbadan besar yang kebetulan lagi bawa bola (tolong artikan kata "sepermainan" ini dengan hal-hal yang menyangkut perisitwa ini). Gue hadang dengan gagahnya seperti Jason Statham cacingan dan..........BRAAAAKKKKKKKKK! Kacamata gue terpelanting pecah dan badan gue goyang. Untungnya gue gak jatuh ke lantai, cuma kacamatanya aja jatuh dan patah frame-nya sehingga tingkat kegagahan gue nambah 70%. Anehnya, walaupun kacamata gue framenya patah, gue tetep ganteng.
R.I.P frame kacamata gue yang telah menemani gue selama satu tahun lamanya.
Alhamdulillah gue dapet ganti framenya hari ini. Nemunya di Lapangan Gazibu yang kebetulan ada pasar tumpah yang menjual apa saja di daerah sekitar situ. Dengan harga 15 ribu rupiah (yang awalnya 20 ribu rupiah). Gue dapet frame yang persis kaya frame gue yang patah. Pas gue udah kelar melakukan transaksi penggantian frame (lensa tetep pake yang lama), gue kepikir perkataan nyokap gue yang bilang ke gue bahwa frame itu harganya cuma 10 ribu. Anjrit, aturan gue nawarnya "Afgan" (baca: sadis) aja ya, dengan begitu gue bisa menyelamatkan 5 ribu rupiah gue yang bisa buat makan malem. Emang sih gue gak punya bakat dalam tawar menawar, ditambah lagi dengan muka gue yang gampang banget diboongin sama penjualnya. Berbeda terbalik dengan nyokap gue yang tawar menawarnya jago banget. Pernah gue tercengang saat beliau beliin gue baju bagus. Gue tanya berapa harga aslinya dan benar saja, beliau dapet harga 60% lebih murah dari harga aslinya. Sakti abis.
Untuk saat ini kegiatan gue adalah latihan-latihan gambar mengingat kemampuan menggambar gue yang sangat minim, ditambah lagi dengan istilah-istilah teknik yang gue baru tau sedikit dari banyak yang sudah dijelaskan. Satu lagi gue masih mikir cerita creative comedy buat kontes yang diadakan Faber Castell (Ini bukan iklan) untuk memenangkan hadiah jutaan rupiah. Lumayan kan bisa buat nge-print foto gue berulang-ulang kali (siapa juga ya mau mas). Kalo ada yang mau ikutan, bisa ke sini (Bukan jebakan betmen). Tapi gue saranin sih meningan gak usah ikutan, nambahin saingan aja.
*digebukin*
Oke it's time buat semedi lagi, nentuin plot, alur, permulaan dan akhir cerpen buat kontes tersebut.
*posisi setengah kuda-kuda*
JIZUKOGU SUIKODEN!!!"""
*lempar bom asep ke tanah*
*menghilang*
""" = Anggap aja itu mantra menghilang
Comments
Post a Comment