Lapar dan Malu
Ramadhan ke-13, tepatnya 22 Juli 2013.
Jam 01.50
Akhirnya, gue menang (lagi) dalam
pertandingan siapa yang paling cepat bangun dengan jam weker gue. Gue bangun lebih
cepat daripada alarm di jam weker yang disetel buat menyadarkan diri gue dari
mimpi untuk menghadapi realita yang ada. Gue membangkitkan birahi badan
gue dan seperti biasa kebiasaan aneh gue meneriaki “KRIIINGG...KRIIINGGG....KRIIINGG....”ke
jam weker sebagai alarm baginya tanda gue menang dalam pertandingan “bangun
lebih cepat” melawan jam weker. Keren.
*tepuk tangan*
Gue melihat jam di tubuh si-“kaget”
(nama jam weker gue) dan ternyata masih jam dua kurang. Sebelumnya gue mau
kasih tau kenapa nama jam weker gue si-“kaget” ? Karena dia suka ngagetin gue pas
lagi tidur (okesip). Gue setel alarm di jam weker gue jam 03.00. Di saat gue
melihat jam pada waktu itu, artinya masih ada 1 jam lagi buat tidur sebelum
alarm berbunyi. Dengan cueknya, gue pun melanjutkan tidur melanjutkan mimpi
yang ada, mimpi bermain di becek bersama Pamela Anderson. Tanpa mengetahui
bahwa gue sedang melakukan puasa yang berarti harus sahur terlebih dahulu
sebelum waktu subuh.
Tiba-tiba gue pun terbangun lagi dengan spontan karena menyadari bahwa
gue bukan bermain becek dengan Pamela Anderson. Gue main becek dengan Pamannya
Anderson! Kaget bukan kepalang sehingga sontak gue mencoba sadar dari mimpi gue.
Gue bangun dan Alhamdulillah itu semua hanya mimpi. Gue gak mau orientasi
seksual gue ternodai di mimpi gue sendiri. Setelah bersyukur akan realita yang
ada, gue dihadapkan dengan cobaan yang begitu berat. Gue melihat jam, si
“kaget” sudah menunjukkan pukul 04.00. Itu artinya jam weker gue bales
kekalahan dari gue sebelumnya tanpa meneriaki gue dengan bunyi “KRIIINGG....KRIIINGGG....KRIIINGG...”. Dasar jam yang culas. Gue cek belakang jam
weker dan terlihat udah keadaan “off”. Entah siapa yang geser tombol “on-off”di
balik tubuh si “kaget”. Gue mempunyai analisa sendiri siapa yang menggeser
tombol “on-off” di balik tubuh si “kaget”:
Analisa
pertama
Pelakunya gue sendiri. Gue menggeser
steker “on-off” karena gue masih mau berlama-lama di mimpi gue dengan Pamela
Anderson yang akhirnya gue sadari itu Pamannya Anderson.
Analisa
kedua
Pelakunya Si “kaget”. Diamenggeser
steker “on-off” karena ingin membalas kekalahan dari gue sebelumnya karena dia
tidak lebih cepat bangun daripada gue.
Analisa
ketiga
Pelakunya Pamannya Anderson.Dia menggendap-ngendap
ke dunia nyata dari dunia mimpi untuk menggeser steker “on-off” agar dia bisa
bersenang-senang lebih lama dengan gue.
Seketika setelah menyadari bahwa
membahas hal tersebut tidaklah penting, gue lompat dari kasur dan bergegas
ambil sikat gigi dan odol sembari mengisi air buat masak mie dengan ekspektasi
dengan waktu sahur sesingkat ini gue hanya punya satu pilihan untuk mengisi
perut gue dengan karbohidrat yang berarti bisa mengisi energi dan menyimpannya
13 jam kedepan dengan memasak mie instant yang ada di lemari makanan gue.
Setelah gue menggosok gigi dan mengisi air keran untuk memasak mie, gue cek
lemari isi makanan. Cobaan tidak berhenti sampai gue telat bangun sahur dan
bermain becek dengan Pamannya Anderson. Guess
what happened to me next? Gue gak punya stok mie sama sekali di lemari
makanan sedangkan gue gak memprediksikan ini sebelumnya! Makanan yang menjadi
stok di lemari makanan gue hanyalah kornet kaleng siap saji yang memasaknya
harus pake minyak sedangkan gue gak punya minyak untuk memasaknya dan lima
bungkus energen. Setelah menimbang-nimbang daripada makan stok kornet yang bisa
buat 3 hari kedepan kagak pakai nasi, dengan berat hati gue memilih energen
sebagai menu instan gue untuk sahur dengan notabene gue paling eneg yang
namanya minuman sereal seperti energen atau sejenisnya. Gue paling gak suka
makanan sereal diberi susu atau diseduh air secara instant karena bagi gue
sereal seperti itu bila di campur susu atau air seduh adalah makanan yang bagi
gue seperti muntahan kucing. Koko Crunch campur susu aja gue udah mau
muntah makannya apalagi kalo energen. Tapi tidak ada pilihan lain, jam sudah
menunjukkan pukul 04.16 dan gue dengan sangat terpaksa menyeduh satu bungkus
energen.
Pukul 04.24 dan gue siap meminum minuman
yang gue gak suka. Suhu energen setelah diseduh berkisar 64-70 derajat, tidak
lebih dingin dari kota Bandung dan suhu hati gue (halah). Dengan suhu segitu ekspektasi
gue jika gue meminumnya, gue gak merasakan enegnya minuman sereal tersebut.
Tanpa basa-basi lagi apalagi gelar sidang paripurna, gue minum minum susu
sereal tersebut. Satu luapan emosi yang terlontar dari mulut gue....
“PANAS NYET!”
kemudian
satu stadion Gelora Bung Karno yang penuh dengan orang-orang berteriak....
“YAEYALAAAAAAAAAAAAAAH....
Lo langsung minum kaga pake diuyup...”
Dengan suhu yang masih berkisar 64-70
derajat itu gue meminum susu sereal itu tanpa gentar melawan rasa panas yang
ada. Daripada gue muntah gara-gara eneg, mendingan gue kepanasan. Jadilah
kesimpulannya menu sahur gue satu bungkus energen (diseduh), ditambah satu kapsul
sangobion, dan ditutup dengan 320ml air mineral.
Sahur sendirian pertama di bulan puasa
yang bangunnya telat. Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.
*benerin kerah*
Setelah mimpi buruk dan telat bangun
sahur gue, Alhamdulillah hari-hari yang gue jalanin seperti biasanya, tidak
merasa kelaparan. Mungkin karena gue sudah merasa terbiasa akan rasa lapar pada
siang hari, soalnya gue jarang makan siang kalo di bulan-bulan biasakarena gue
gak ada duit. Jadi hitung-hitung hemat dikit dengan cara menyatukan makan siang
gue dengan makan malem. Pinter kan gue?
Lewat dari masalah kecerdasan gue. Gue
mengisi kesibukan di siang hari dengan mengurus KTM (Kartu Tanda Mahasiswa) gue
yang hilang beberapa minggu lalu di Jakarta. Kampretnya, gue belum sempat tarik
tunai buat duit cadangan di dompet. Jadi KTM gue menyatu dengan kartu ATM.
Jika KTM hilang, maka gue gak bisa tarik tunai di ATM kecuali gue harus tarik
tunai di teller Kantor Cabang Pembantu di bank setempat. Saat mengurus-ngurus
KTM gue di Kantor Cabang Pembantu di Bank kampus gue, nyokap telepon untuk
meminjam semua uang yang gue punya dan memberikan uang kepunyaan beliau yang
kebetulan ada di rekening gue buat pembayaran kuliah adek gue. Karena gue mau
menjadi anak yang solehkaya ustad-ustad cilik di pildacil dan ingin menambah
pahala puasa gue, gue pinjamin semua uang gue demi kebaikan adek gue untuk
pembayaran kuliah. Gue tarik semua tunai yang ada di rekening gue dan
menyisakan sedikit uang di sana untuk keperluan adminstrasi bank. Setelah
melakukan kebaikan kecil untuk keluarga gue, gue mikir bagaimana caranya gue
survive dengan sisa uang 131.000 rupiah dengan saldo rekening gue yang
sayangnya gak bisa gue tarik karena hanya tersisa 45 ribu rupiah (minimal
penarikan 50 ribu rupiah), sedangkan gue gak tau kapan bokap gue ngirimin duit
lagi buat gue. Dan akhirnya lahirlah tweet gue.
“Almost
half month. Now I’ve to think how can survive in half month of ramadhan whle
I’ve 150rb in my pocket and I just have 20rb
in bank account.”
- @Damas_kecil's tweet Monday, July 22.14.28
Gue ngetweet itu dengan kemampuan otak
untuk berpikir 56% , jadi mohon maaf kalo ada kesalahan mengenai saldo rekening
dan keadaan dompet sebenarnya, hehe.
Gue bingung untuk membeli makanan untuk
berbuka puasa karena gue gak tau bagaimana caranya gue harus bertahan seminggu
dengan duit yang ada dengan ekspektasi bokap gue ngirim awal bulan. Kepikiran
buat pergi ke masjid sebelum maghrib untuk mendapatkan makanan ringan untuk
berbuka puasa secara gratis.
Dengan keadaan keuangan gue tersebut, akhirnya gue
menyusun rencana:
-
Gue pergi ke masjid
sebelum maghrib.
-
Dapetin makanan ringan
buat berbuka puasa.
-
Gue solat maghrib.
-
Gue pulang.
-
Tanpa sepeser pun uang
keluar, gue kenyang.
Dari
niatannya aja udah salah. Pengen makan gratis, padahal sebenarnya gue masih ada
duit buat beli makanan. Astagfirullah.
*elus-elus
dada* *dada Pamela Anderson*
Tiba-tiba gue teringat perkataan nyokap
gue:
“Jangan
bilang kalo kita gak punya duit. Sedikit-dikitnya duit yang kita punya,
seenggaknya kita ada duit.”
Tanpa berpikir panjang tentang niatan
gue tersebut dan korelasinya dengan perkataan nyokap gue, gue pun menjalankan rencana
yang gue udah susun tadi.
Sore hari, gue menunggu waktu sebelum
maghrib dengan ngabuburit. Yang bodohnya, bukannya gue tadarus Al-Qur’an
malahan gue melakukan hal-hal yang tidak terlalu penting.
Setelah melakukan hal-hal yang tidak
terlalu penting tersebut, jam menunjukkan pukul 17.40. Itu artinya gue harus bergegas
ke masjid dengan harapan gue mendapatkan jatah makanan ringan untuk buka puasa.
Biasanya gue beli makanan ringan untuk berbuka habis dana 6-10 ribu rupiah untuk
sekali jajan dan itu pun belum beli makanan berat untuk mengisi perut gue
dengan makanan yang mengenyangkan. Maka dari itu mumpung di masjid dibagikan
secara cuma-cuma, pergilah gue ke masjid dekat kosan gue. Dengan langkah seribu,
gue menuju masjid dekat kosan gue. Akhirnya gue sampai di masjid pukul 17.45
dan gue segera mengambil wudhu. Saat masuk masjid gue sudah disodorkan dengan aktivitas
pembagian makanan ringan pembuka untuk berbuka puasa. Ingin rasanya gue meminta
kepada mas-mas yang membagikan makanan tersebut, tapi entah kenapa harga diri
gue meninggi dan dalam hati gue berkata bahwa ”Gue bukan pengemis!”. Dengan
kondisi ego gue tersebut, gue tidak meminta dan (masih) tetap berharap agar
mas-mas yang membagikan makanan tersebut memberikan gue makanan tersebut secara
spontan. Sambil menunggu mas-mas yang bagiin makanan, gue solat tahiyatul masjid. Selesai gue solat tahiyatul masjid, gue nengok kanan kiri
depan belakang gue dan merasa bingung karena mas-masnya yang membagikan makanan
tersebut sudah gak ada. Pupuslah harapan gue untuk berbuka puasa secara gratis.
Adzan pun berkumandang dan semua orang yang ada di sekitar gue menyantap
makanan yang mereka punya, termasuk makanan dari mas-mas yang membagikan
makanan pembuka tadi. Gue mau nangis rasanya karena gue sadar akan niatan gue
ke masjid udah jelek. Memang kebanyakan anak kost yang licik dan menderita seperti
gue di bulan puasa ini pikirannya ingin mendapatkan makanan secara gratis
dengan cara mendatangi masjid atau perkumpulan-perkumpulan lainnya.
Lucu nan anehnya setelah gue solat maghrib. Perut gue yang terasa lapar
banget-banget-banget akhirnya tidak terasa lagi dan tubuh gue seketika segar bugar.
Mungkin dengan keadaan seperti itu gue bisa meneruskan ibadah puasa gue sampai
tahun depan tanpa makan. Gue pulang ke kosan dengan muka senyum-senyum sendiri
merasakan fenomena Tuhan yang begitu ajaibnya. Memberikan tamparan dan
pelajaran tersendiri buat gue. Sepanjang perjalanan gue senyum dan
ketawa-ketawa terhadap diri gue sendiri. Di satu sisi gue senyum dan
ketawa-ketawa karena badan gue segar seperti gue habis makan makanan yang enak
banget ditambah olahraga yang bikin badan gue sehat kaya Ade Rai. Di satu
sisinya lagi gue senyum dan ketawa-ketawa karena gue merasa malu terhadap diri
gue karena punya niatan jelek yaitu mendapatkan makanan gratis padahal gue masih
ada duit buat membeli makanan ringan untuk berbuka puasa. Kuasa Allah memang begitu hebat.
Meningan nahan rasa lapar daripada nahan
rasa malu.
Comments
Post a Comment