Melewati Tingkat Satu
*bangkit dari kubur*
*bersihin lumut*
Sudah abad berapa sekarang?
Kapan blog ini terakhir di
update?
Berapa harga ps3 sekarang?
Apakah Dian Sastro sudah jadi
istri saya?
*digebuk pembaca*
*terkubur lagi*
Akhirnya setelah penantian
panjang, berhari-hari, berminggu-minggu, sampai kucing gue melahirkan anak ke
12-nya akhirnya gue nulis lagi. Butuh penantian panjang untuk mengumpulkan niat
dan melihat waktu luang yang ada karena selama ini hari-hari gue diisi dengan
mengerjakan tugas-tugas berbau arsitektur, mengabdi pada negeri ini, dan tentunya
tidur. Cukup padat seperti isi payudara sapi yang sedang tumbuh di masa-masa
suburnya. Setelah mencapai waktu luang yang cukup lama untuk melepaskan penat
dari tugas-tugas dan kesibukan kuliah gue (maksudnya
libur. Ah panjang-panjang banget lo jelasinnya!) gue malah leyeh-leyeh dan
bermalas-malasan yang pada akhirnya gue menunda lagi waktu gue untuk mengisi
blog gue yang sudah lapuk di makan usia (lo
kira kayu?).Setelah menunggu kucing gue melahirkan lagi akhirnya tulisan
gue terbit di blog. Dan tulisan yang gue buat sekarang ini adalah tulisan di
mana kesibukan-kesibukan yang gue jalanin, mulai dari yang sial sampe yang
paling sial yang pernah gue alamin saat kuliah (iye gak ada
beruntung-beruntungnya gue kuliah di jurusan arsitektur). Mungkin gak terlalu
mendetail cerita tentang dunia perkuliahan gue karena panjang banget nyet
gue bete nulisnya gue orangnya pelupa, jadi dari cerita-cerita yang gue
inget paling dari foto yang berhasil gue abadikan. Paling gue akan coba
mendeskripsikan lebih mendalam dari foto-fotonya. Oke, here’s my story about my college life.
Terakhir gue posting di blog ini
tentang karya-karya gue yang ada di semester 1. Nah sekarang gue mau jelasin
dari awal gue semester 2 sampe ending yang gue alamin di semester 2 ini beserta
karya-karya dan kesialan yang gue pernah buat. Semester 2 ini sungguhlah
mempesona karena gue ketemu gebetan gue lagi gue sudah melewati semester
1 dengan IPK yang cukup memuaskan untuk orang yang salah jurusan kaya gue ini.
Gue gak menyebutkan berapa IPK yang gue dapat pada semester 1, yang jelas gue
gak mau bikin kalian semua iri kepada gue.
*digebukin*
Semester 2 adalah semester yang di
mana lo tuh merasa sok sibuk, padahal sih emang sibuk BANGET (tuh ampe
gue bold, italic, underline) karena tugas-tugas yang begitu banyak
untuk ukuran mahasiswa baru yang masuk di perkuliahan. Termasuk jurusan yang
gue jalanin sekarang, jurusan arsitektur. Sebenarnya sih tugasnya cuma dikit,
tapi ya itu niat dari mahasiswanya untuk mengerjakan tugas itu sangatlah kecil
karena waktu pengumpulan yang begitu lama sehingga mahasiswa tersebut
menunda-menunda tugasnya. Kalo dibikin diagram alur mahasiswa dapet tugas
sampai dengan pengumpulannya, kurang lebih seperti ini:
Kotak adalah awal
mulanya dan lingkaran adalah tujuan akhirnya.
Diagram ini bersifat universal,
berlaku untuk semua jurusan di perkuliahan.
Hari-hari yang gue jalanin
sangatlah berat karena selain gue harus memaksa diri gue untuk terjun ke dalam
passion yang gak gue minati sama sekali dan harus lulus karena gue gak mau
mengecewakan orang tua gue yang udah susah-susah bayarin kuliah buat gue. Untuk
kali ini gue hanya menjelaskan secara mendetail dari mata kuliah Perancangan
Arsitektur I atau gue singkat PAI. Mungkin kalo gue nulis PAI kita bakal flashback ke zaman SD dan mengira bahwa
PAI itu adalah singkatan dari Pendidikan Agama Islam. Untuk menyamakan persepsi
maka PAI gue tulis dengan Perancangan Arsitektur I, kembali ke makna yang
sebelumnya.
Gue mulai dari tugas yang
pertama. Tugas yang pertama di mata kuliah Perancangan Arsitektur I adalah
merangkum data untuk kebutuhan ruang dan aktivitas pada warnet dan warpostel.
Tugas yang tidak terlalu sulit karena gue sudah berpengalaman dalam bidang
warnet dan warpostel (cailah). Maksudnya berpengalaman adalah gue dulu pernah
bekerja sebagai operator warnet dan sempat dekat dengan mbak-mbak warpostel
dekat rumah gue dulu, jadi gue sudah khatam betul dengan ruang dan segala
aktivitas yang ada dan dilakukan di dalam warnet dan warpostel.
Tugas pertama: Berhasil
Kegantengan: Meningkat %125
Kesehatan: Pencernaan lancar,
kondisi mata belum terlihat adanya kantung mata, dan suka makan kalo lagi
laper.
Poin Sementara Untuk Semester 2
Di Mata Kuliah Perancangan Arsitektur I:
+250
Lanjut ke tugas dua. Tugas kedua
yang gue dapat adalah merancang sebuah pusat informasi untuk kampus gue. Kenapa
disuruh bikin pusat informasi buat kampus? Ya mana gue tau. Sesuai dengan prediksi
sotoy gue bahwa kenapa disuruh merancang sebuah pusat informasi buat kampus gue
karena di kampus gue tidak tersedia pusat informasi, jadi kalo mau nanya-nanya
informasi tentang kampus gue, paling ke tempat biro administrasi kampus ataupun
abang-abang cilok ataupun abang-abang roti kukus depan kampus gue. Maka dari
itu tugas kali ini disuruh merancang pusat informasi buat kampus gue. Terlihat
mudah saat melihat kertas tugasnya doang. Setelah gue melihat jauh ke masa
depan gue makna soal tersebut, gue harus menguras otak kreativitas gue dan
menuangkannya ke dalamrancangan desain bangunan yang akan gue rancang dengan
konsep pemikiran arsitektural.Sangatlah sulit bagi seorang anak yang terpaksa
(atau pun salah jurusan) kuliah di jurusan arsitektur kaya gue. Mau gak mau gue
harus mengerjakan tugas ini daripada gue harus mengulang di semester depan.
Seperti yang diketahui bahwa di mata kuliah ini, gue bekerja kelompok bersama
kelompok yang sudah ditentukan.Hanya pengerjaan dalam mendesain yang dikerjakan
secara individual. Untuk pengerjaan bersama kelompok, kita mengerjakannya
bersama-sama dari masalah survey, pengumpulan data, dan juga absen. Titip absen
adalah tradisi teman-teman sekelompok gue atau bahkan kelompok lain yang datang
terlambat. Berhubung gue yang selalu datang pagi jadi banyak dari teman-teman
gue yang menitipkan absennya. Jenis penitipan absen ke gue-nya seperti jumlah
peserta di cabang olahraga mulai dari perseorangan sampai beregu. Macam-macam
jenisnya seperti:
(Untuk menyamarkan identitas sang
pemilik nrp, gue menyamarkan nrp-nya menjadi ***)
“Mas titip absen nrp ***.”
“Mas, aku baru bangun titip absen
ya nrp ***.”
“Mas nitip absen nrp ***,***,
***, ***. Makasih :D”
“Mas biasa, titip absen.. Semoga
lo masuk kedokteran.”
“Mas titip absen temen gue yang
di ITB nrp ***.”
Pas gue mau pergi ke ITB buat
absenin temennya temen gue, gue berhenti sejenak dan berpikir.....NGAPAIN GUE
ABSENIN TEMEN LO YANG DI ITB??!!
*sobek-sobek kertas absen*
Hal pertama yang gue kerjakan
bersama teman-teman sekelompok gue adalah survey tempat pusat informasi yang
berada di kampus lain untuk mengetahui bagaimana ruang, alur aktivitas, dan mbak-mbak
yang jaga cantik apa enggak desain yang dibentuk di pusat informasi itu.
Untuk menemukan pusat informasi yang berada di kampus di daaerah Bandung
tidaklah sulit, cukup pergi ke ITB dan walaa, you have a good one for this. Gue dan teman-teman gue mendata pusat
informasi yang ada di ITB, berkeliling, berfoto-foto dengan mbak-mbak
mahasiswa ITB, dan men-sketsa pusat informasi yang ada di ITB. Dengan
aktivitas seperti ini,gue dan teman-teman gue seperti sekelompok orang yang
siap membom pusat aktivitas kampus tersebut oleh orang-orang yang ada di
sekitar. Setelah selesai mendapatkan data mengenai pusat informasi sebagai
bahan contoh survey (dan tidak lupa foto teteh-teteh yang ada di ITB sebagai
target kecengan gue), kami pulang.
Selesai dengan tugas survey
mengenai pusat informasi itu bagaimana dan seperti apa. Gue mulai membuat
analisis tapak. Analisis tapak itu adalah analisis yang berkaitan dengan lokasi
site yang bakal dibangun, apa potensinya membangun suatu bangunan di sana, apa
kendalanya, dan lain-lain. Gue membuat analisis tapak tersebut dengan
menggunakan 11 kertas roti yang padahal gue cuma membutuhkan 4 kertas untuk
membuat analisis tapak ini (karena salah mulu). Dilanjutkan dengan membuat
planning programming, dan lain-lain yang berkaitan dengan bangunan yang akan
gue rancang. Kalo di total-total kertas roti yang sudah dihabiskan oleh gue
sekitar 21 kertas roti yang sebenarnya cukup menghabiskan 10-15 kertas untuk
semua itu. Berhubung otak gue selalu gue tinggal di kosan, terkubur ditumpukan
baju-baju, makanyapas ngerjain tugas itu di studio gue berasa seperti orang
yang berintelejensia rendah.
Kemudian beranjaklah ke merancang
bangunan. Gue merancang dengan sangat hati-hati karena gue gak mau
menghabiskanduit lagi untuk membeli kertas roti lagi. Tapi yang namanya Damas
tetaplah Damas. Gue tetap membeli kertas roti lebih banyak lagi karena banyak
yang harus dikoreksi sama asisten dosen karena gue salah mendesain. Mulai dari
salah penempatan, salah gambar, hingga salah sangka (lho?). Gue mulai berpikir
untuk membeli pabrik kertas roti pada saat itu. Berhubung gue gak punya duit
untuk membeli pabrik kertas roti tersebut, gue mengurungkan niat itu dan
mencoba untuk berpikir lebih pintar lagi. Gue merasakan tanda-tanda frustasi
akan kuliah yang gue jalanin. Betapa frustasinya gue mendesain di saat
teman-teman gue sudah mengeluarkan kreativitasnya dalam merancang bangunan dan
menggambarnya di kertas roti, sedangkan gue dengan sibuknya memikirkan tes
kedokteran dan gebetan gue.
Setelah menempuh proses panjang
sampai gue menghabiskan uang berpuluh –puluh juta dollar zimbabwe, akhirnya gue
menyelesaikan desain gue dan sudah dipindahkan di kertas canson yang semulanya
gue gambar di kertas roti. Tinggal satu problem yang gue mesti kelarin yaitu
buat maket. Dengan barang-barang hasil memulung gue di studio kampus waktu
semester satu akhirnya gue membuat maket dengan barang-barang tersebut. Tanpa
sepeser uang yang keluar dari dompet gue. Dan berhasil saja walaupun hasilnya
memang kurang menarik untuk dilihat.
Waktu presentasi pun tiba. Gue
dengan segala kemampuan gue mempresentasikan hasil kerja keras gue yang begitu
keras kaya beton cor. Untungnya gue dapet dosen penguji yang baik banget, lebih
baik dari abang-abang jualan korma di Arab. Dengan hasil karya gue yang
standar, akhirnyague menyelesaikan presentasi dengan baik dan gak disangka, gue
mendapatkan hasil B+ (di tulis di kertas nilainya 75) dari beliau. Keren.
Mau lihat tugas yang dikasih B+
oleh dosen penguji gue?
Tampak Atas
Tampak Depan
Dalamnya
Proses pengerjaannya.
Tampilannya.
Setelah melihat gambar-gambar tersebut. Pengen ngancurin gak sih lo rasanya? Gue sih pengen.
Dan ini nilai akhir dari dosen gue (nilai hurufnya B-). Nilai terendah di kelompok gue.
Gue beruntung di tugas ini.
Tugas Kedua: Alhamdulillah,
berhasil.
Kegantengan: Meningkat 69,910%
Kesehatan: Kantung mata sudah
sebesar cintaku padanya (apa sih mas),
sariawan, bibir pecah-pecah, kacamata pecah, tangisan gue sudah pecah, dan
kehidupan gue mulai pecah.
Poin Sementara Untuk Semester 2
Di Mata Kuliah Perancangan Arsitektur I:
+300 (+50 dari poin sebelumnya).
Lanjut ke tugas terakhir gue
yaitu tugas ketiga merancang cafe.
Merancang
cafe? Dibayar gak?
Cuma itu yang ada dipikiran gue
pas dapet tugas yang ketiga di semester dua ini. Kenapa gue berpikir begitu?
Soalnya merancang bangunan itu bagi gue, damas si mahasiswa yang salah jurusan
bukan hal yang mudah, apalagi merancang rumah tangga (apa sih mas). Setelah gue pikir-pikir lagi ternyata merancang cafe
itu sudah pernah gue lakukan saat nyokap gue membuat cafe di bilangan Jakarta
Selatan yang pada akhirnya kertas rancangan gue jadi bungkus gorengan. Seharusnya
ini menjadi sebuah tugas mudah bagi gue, tapi yang namanya juga beda sama
passion ya begitulah gue menjalaninya, ogah-ogahan. Dengan segenap kekuatan
untuk lolos dari tugas-tugas dan ingin cepat liburan, gue mengerjakannya dengan
sungguh-sungguh.
Sama seperti sebelumnya gue
menghabiskan beberapa juta dollar zimbabwe untuk membeli kertas-kertas roti
karena setiap gue mendesain ada aja kesalahannya, mulai dari bentuk denah,
fasad bangunan, dan lain-lain. Entah dosennya mencari-cari kesalahan karena desain
gue kekerenan atau bagaimana (gaya lu
mas, desain bangunan aja kek gambar anak tk), tapi dengan tegarnya gue
menjalankan sesuai prosedur yang ada sampai saat pengumpulan tugas gue orang
kedua di kelompok gue yang berhasil mengumpulkan gambar-gambar dengan lengkap
walaupun hasil desain gue bisa dibilang standar dari teman-teman sekelompok
gue. Keren.
Satu tugas besar yang gue
jalankan adalah membuat maket dari bangunan yang gue rancang. Untuk tugas
terakhir ini gue akan habis-habisan dalam membuat maket, membuat maket sebagus
mungkin dari budget yang ada. Dalam pembuatan maket ini gue menghabiskan 30
ribu rupiah untuk membeli bahan-bahan maketnya. Gue kira 30 ribu rupiah itu
adalah harga yang paling mahal dalam membuat maket, ternyata temen gue ada yang
sampai 200 ribu rupiah untuk bahan-bahan maket. 30 ribu rupiah di mata mereka
(yang maketnya berharga 40 ribu ke atas) yang ternyata hanyalah sebuah minatur pohon dan
orang berskala. Kampret.
*ngunyah miniatur pohon*
Waktu gue ngerjain maket, gak
disangka memakan waktu hampir 12 jam. Gue kerjain maket H-1 presentasi, dari
jam 20.00 sampai jam 07.45. Padahal temen-teman gue aja membuat maket hanya
butuh waktu 5 jam paling lama. Kampret.
*lempar maket gue dari jembatan
pasopati*
Akhirnya waktu presentasi pun
tiba, tepatnya jam 09.30 dengan keadaan gue ngantuk-ngantuk karena belum tidur,
persis kaya mata orang abis make narkoba. Gue tidak fokus dalam presentasi
karena belum tidur akibat ngerjain maket selama orang sedang menjalankan ibadah
puasa sehingga dosen penguji gue (yang kebetulan seorang wanita) membantai gue
habis-habisan karena attitude gue
yang menurut dia tidak pantas ketika sebelum dan sesudah presentasi. Habislah
gue kena omelan sama dosen penguji karena sikap gue yang ngantuk-ngantukan waktu
menjelaskan hasil karya gue di depan dia. Gue pasrah akan nilai yang akan gue
dapat karena dosen penguji memberikan hasil akhir nilai rata-rata ke gue 55.
Sedangkan teman-teman gue kebanyakan dapat nilai rata-rata 70-80. Gue gak tau
lagi apa yang harus dilakukan selain membeli obat nyamuk lalu meminumnya di
kosan pulang dari presentasi. Gue gak tau bagaimana hasil akhir karya gue di
mata kuliah Perancangan Arsitektur I karena gue sudah hopeless dari tugas ini. Hanya waktu pengumpulan yang tepat dan
lengkap dibanding teman-teman gue lainnya yang pengumpulan tugasnya tidak
tempat waktu dan kurang lengkap dan kegantengan gue yang menjadi pegangan
terakhir gue untuk menyentuh nilai B di mata kuliah Perancangan Arsitektur I
ini. Kalo membandingkan desain gue dengan desain teman-teman sekelompok gue,
gue jelas kalah jauh, jauh banget kaya Sabang sampai Merauke.
Proses pembuatan maketnya.
Hampir jadi.
Udah jadi. Ini tampak atasnya.
Tampak depannya.
Dalemnya.
Gambar tampilan cafenya. Yang kiri perspektif interiornya, yang kanan persepektif outdoornya.
Tugas Ketiga: Berhasil gak ya?
Kegantengan: Menurun 1 juta%
Kesehatan: Usus sudah
terkontiminasi oleh mie (iye duitnya abis buat kertas sama maket), mata gue
udah kaya mata panda kagak tidur 3 tahun
terus matanya ditonjokin sama seluruh penghuni hutan gara-gara ketauan perkosa
kelinci di bawah umur, dan pengen mati.
Poin Akhir Untuk Semester 2 Di
Mata Kuliah Perancangan Arsitektur I: -1.123.435.123123
(-1.123.... ah sudahlah tidak usah dihitung, jauh pokoknya).
Gue bersyukur sekaligus hopeless karena gue sudah lolos dari
mata kuliah Perancangan Arsitektur I yang memiliki bobot sks yang paling besar
dan gue menghancurkannya karena desain dan attitude
gue saat presentasi di mata kuliah tersebut. Tinggal tugas-tugas di mata kuliah
yang lain yang pengumpulannya bersatu di minggu yang sama. Untungnya gue
ngerjain selalu tepat waktu jadi gue gak keteteran-keteteran amat saat
pengumpulan tersebut.
Tugas-tugas pun sudah beres di
semua mata kuliah. Cuma satu tantangan yang harus gue lewati yaitu UAS.
Hari UAS pun tiba. Sialnya, pada
saat UAS di mata kuliah Perancangan Arsitektur I yang menjadi harapan terakhir
gue untuk menyentuh nilai B gue sakit. Gue gak tau kenapa gue bisa sakit karena
hari sebelum sakit, gue masih ganteng.
*digebukin*
Mau gak mau gue harus memaksakan
diri untuk mengerjakan soal yang disediakan untuk mata kuliah tersebut. Karena
UAS mata kuliah Perancangan Arsitektur I diharuskan untuk menggambar dan
menjelaskan konsep. Hadirnya sakit di tubuh gue, memaksa gue untuk menggambar
dengan sangat berat dan pusing kaya disuruh memilih antara berpacaran dengan
cewe cantik dan cewe seksi. Gue menggambar layaknya anak tk yang baru belajar
menggambar, acak-acakan dan tidak teratur (ah
biasanya juga gitu mas). Gue makin hopeless
untuk menyentuh nilai B di mata kuliah Perancangan Arsitektur I saat keluar
ruangan. Karena mata kuliah Perancangan Arsitektur I itu memiliki bobot sks
yang sangat besar, tekad gue makin bulat untuk menyiapkan segalon obat nyamuk
untuk gue minum saat pulang ke kosan pada saat itu. Di saat yang sama gue cuma
berharap kalo sakitnya cuma di mata kuliah ini, tidak di mata kuliah yang lain.
Alhamdulillah, Allah mendengar doa gue. Saat UAS di mata kuliah yang tersisa,
gue berjuang kaya bung Tomo mengusir para penjajah di tanah Surabaya,
habis-habisan tanpa ampun. Keren.
Masa-masa UAS pun telah di lewati.
Nilai-nilai di mata kuliah di semester dua pun keluar. Hal pertama yang gue gak
nyangka banget adalah nilai mata kuliah Perancangan Arsitektur I gue yang
mendapatkan nilai B. Alhamdulillah banget untuk seorang anak yang selalu
mendapatkan nilai buruk di mata kuliah ini. Allah memang keren, bisa membuat
suatu hal yang gak gue duga sebelumnya. Alhamdulillah.
Untuk di mata kuliah yang lain
gue bersyukur bisa karena hampir di semua mata kuliah gue mendapatkan nilai B
kecuali mata kuliah Teori Arsitektur.Sebelumnya gue berharap bisa mendapatkan
nilai A tetapi malah dapat nilai C. Entah kenapa gue mendapatkan nilai C karena
di mata kuliah ini gue (mencoba) selalu aktif dan mengumpulkan tugas di waktu
yang tepat. Maka dari itu gue coba untuk memperjuangkan di luar SP (Semester Pendek)
untuk membetulkan nilai mata kuliah ini. Kata dosennya sih ada kesalahan
pemasukkan nilai, tapi ya berharap aja semoga gue berhasil mengubah nilai C
menjadi nilai minimal B atau kalo bagus A. Sekiranya gue emang gak bisa mengubah
nilai C itu, gue tetap bersyukur karena gue sudah lolos di mata kuliah
tersebut. Kalo ada kesempatan gue akan membetulkan nilai tersebut.
Kesimpulan dari tingkat satu yang
gue jalanin (semester 1+semester 2), IPK gue turun drastis melewati angka 3 ke
bawah. Perjuangan berat untuk menaikannya kembali ke angka sebelumnya atau
lebih baik di atas IPK di semester 1.
Pelajaran gue dari semester dua
ini? Banyak banget, mulai dari masalah attitude
sampai takdir. Untuk masalah attitude, kita
harus menjaga attitude. Jangan
sampai menunjukan ke orang lain tentang kelemahan kita karena di situlah orang
yang melihat kita dapat menjatuhkan kita dengan mudah. Pelajaran lain yang gue
dapat adalah saat kita harus berjuang untuk keluar dari zona nyaman. Saat kita
berada di zona nyaman, memang lo bakal nyaman gak merasakan beban tapi apa yang
kita lakukan gak bakal ada kemajuan. Sebaliknya di saat kita keluar dari zona
nyaman apa yang kita lakukan bakal ada kemajuan ditambah rasa kepuasan akan
perjuangan itu walaupun lo gak nyaman saat berusaha keluar dari zona itu. Gue
berusaha bertahan dan tidak leyeh-leyeh untuk mata kuliah yang gue jalanin di
arsitektur ini terutama di mata kuliah Perancangan Arsitektur I, karena gue
sadar kalo gue lakukan hal tersebut gue bakal terjebak oleh kenyamanan yang pada
akhirnya sejelek-jeleknya takdir berkata bahwa gue harus ngulang mata kuliah
yang gue telantarkan tersebut. Pelajaran terakhir yang gue dapat dari semester
dua yang gue jalanin ini adalah masalah takdir. Kebiasaan gue selalu
menerka-nerka apa takdir gue satu detik setelah gue melakukan sesuatu. Perlu
diingat bahwa hal itu menjadi akan menyakiti hati sendiri
saat ekspektasi lo berbanding terbalik dari realita yang terjadi. Maka dari itu
biarkan apa yang lo lakukan menjadi misteri dan kejutan buat lo untuk satu
detik kedepan. Jangan lo melangkahi satu detik dari apa yang sudah Tuhan
rencanakan, karena sekalinya lo melangkahi satu detik, lo akan merasakan satu
bulan sakit hati yang lo rasakan karena realita yang ada berbanding terbalik
dari ekspektasi lo.
Semoga aja semester depan lebih
baik dari semester ini, buat gue, dan buat semuanya yang lagi menjalani kuliah.
Dan semoga gue bisa lebih rajin
dan konsisten dalam menulis kedepannya. Amin.
Comments
Post a Comment