Skip to main content

Day 3: Ruang Publik dan Seberapa Besar Pengaruhnya

Day 3
Ruang Publik dan Seberapa Besar Pengaruhnya

Sumber: gue sendiri
Ruang Publik Berupa Taman

Percaya gak kalo presentase Ruang Terbuka Hijau kota-kota besar di Indonesia mempunyai presentase yang cukup kecil? Makanya orang-orang perkotaan katanya punya paradigma "cepat stress" karena kurangnya ruang publik di dalam kota buat sekedar refreshing atau ngeliat teteh-teteh lucu atau mbak-mbak kantoran yang kancing kemejanya atasnya kebuka dua.

*digebukin mbak-mbak kantoran pake sepatu hak*

Data presentase ruang terbuka hijau kota yang gue bahas mengacu ke tautan ini. Baru-baru ini gue concern dengan perkembangan Ruang Terbuka Hijau yang semakin marak dibangun. Alhamdulillahnya pemerintah kota-kota besar sekarang sudah memberanikan diri dalam mengekseskusi perencanaan ruang terbuka hijau dalam kota. Kalo dibilang sudah sadar gue yakin mereka sudah sadar sejak lama. Namun mungkin ada beberapa kendala yang dihadapi oleh mereka dalam birokrasi sehingga ekskusi untuk membuat ruang terbuka hijau seringkali tertunda. Namanya juga birokrasi, beda sama aktivis yang menurut gue mudah untuk berkoar-koar kepada publik tapi kalo udah masuk birokrasi paling koar-koarnya di social media dan akan berakhir digosipin lambre turah dengan cibiran "liat gaizzzz aktivis yang dulunya berani koar-koar di luar birokrasi, pas masuk birokrasi eh dianya diem. Deeuh bingung minceu".

Di Jakarta sendiri dari pemerintahan Gubernur Basuki Tjahaja Purnama lagi happening dengan pembangunan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA). Berikut list-nya yang gue dapat dari twitter Joko Anwar.

Sumber: Twitter Joko Anwar
Daftar 1 RPTRA yang akan dibangun di Jakarta

Sumber: Twitter Joko Anwar
Daftar 2 RPTRA yang akan dibangun di Jakarta
Sumber: Twitter Joko Anwar
Daftar 3 RPTRA yang akan dibangun di Jakarta


Kalo yang gue liat pembangunannya gak tanggung-tanggung. Ada ratusan RPTRA yang akan dibangun dengan bantuan kontribusi arsitek-arsitek yang sangat berpengalaman. Makanya gue yakin, taman-taman yang bakal terbentuk adalah taman-taman yang mempunyai segi desain dan fungsi cukup optimal bagi pengguna dan mempunyai pengaruh besar di lingkungan tempat taman itu dibangun. Semoga aja dengan terpilihnya gubernur Anies Baswedan bisa melanjutkan kiprah pembangunan RPTRA ini sehingga pencapaian kota dapat memenuhi kebutuhan Ruang Terbuka Hijau yaitu di atas 30%. Akhirnya rasa iri gue dari pemerintahan Walikota Bandung Ridwan Kamil bisa terkikis dengan pembangunan besar-besaran oleh Bapak Basuki Tjahaja Purnama di tempat tinggal gue Kota DKI Jakarta. Apalagi dengan melibatkan arsitek-arsitek profesional.

Studi kasus: Alun-Alun Bandung

Teringat perkataan Om Wiliam Whyte (anggap aja dia om gue) pernah berkata dalam "A Successful Public Space" ada beberapa poin dalam menciptakan keberhasilan pada ruang publik di antaranya: 1. Interaction with street; 2. Place to sit; 3. Trees and water (comfort); 4. User variety; 5. Triangulation (engagement); 6. Food; 7. Lighting/sun. Gue pengen buktiin dengan studi kasus di Ruang Terbuka Hijau Alun-Alun Bandung sudahkah menjadi Ruang Publik yang berhasil? Pada studi kali ini gue lakukan pada malam hari karena biar gue gak dituduh copet. Soalnya malam dapat membuat gue berkamuflase dengan mudah. Om William Whyte ini gue kenal dari pembahasan channel youtube favorit gue yaitu "donotsettle". Channel tersebut membahas tentang hal-hal arsitektur dari pandangan dua orang arsitek yaitu Wahyu (orang Indonesia) dan Kris (orang Belgia). Wahyu Pratomo ini kebetulan orang Bandung. Dalam vlog-nya di channel "donotsettle" berjudul "happiest place in Bandung" membahas tentang ruang publik Alun-Alun Bandung yang baru. Dia membahas keadaan Alun-Alun Bandung siang menuju sore. Gue penasaran apakah keadaan yang dijelaskan oleh Kang Wahyu ini sama dengan keadaan Alun-Alun Bandung pada waktu malam hari. Mari kita buktikan. Kalo lo ada kuota atau wifi coba tonton pembahasannya yang dia jelaskan lewat video di bawah ini.

Pada sesi pembahasan poin-poin Om William Whyte maafkan kemampuan kamera gue yang kurang mumpuni. Dapat fotonya aja udah syukur. Barangkali ada yang mau endorse kamera buat gue dalam mengamati isu-isu sosial sekitar kita yang ada kaitannya dengan arsitektur. Kali aja.

*tebar-tebar proposal*

1. Interaction with Street

Sumber: gue sendiri
Ini Pojok Alun-Alun yang Berinteraksi Langsung Dengan Jalan

Sumber: gue sendiri
View dari Jalan Dalem Kaum
Sumber: gue sendiri
Masih di Jalan Dalem Kaum Menuju ke Jalan Alun-Alun Timur
Sumber: gue sendiri
Dari Jalan Asia Afrika
Sumber: gue sendiri
Pertigaan Jalan Asia Afrika dan Jalan Alun-Alun Timur
Sumber: gue sendiri
Pojokan yang Ada Globenya Kek Di Buku Sidu

Kesimpulan

Sudah jelas dari bentuk Ruang Terbuka Hijau Alun-Alun Bandung dikelilingi oleh jalan-jalan utama sehingga pejalan kaki dapat mengaksesnya dengan mudah. Untuk kendaraan bermotor maupun sepeda ditempatkan khusus di dalam basement tepat di bawah Ruang Terbuka Hijau Alun-Alun Bandung itu sendiri.

2. Place to Sit



Sumber: gue sendiri
Teteh-Teteh Kecapean
Sumber: gue sendiri
Duduk di antara dua sujud pagar tanaman dengan material batu ... (lupa gue jenisnya)
Sumber: gue sendiri
Sendiri Aja Kang, Jomblo Ya? *Kemudian Digebukin*
Sumber: gue sendiri
Bayangin Aja Itu Ada Banyak Orang (dan Beberapa yang Bukan Orang) Duduk Di Sebelah Kanan Foto Ini
Sumber: gue sendiri
Disediakan Tempat Duduk Lengkap Dengan Mejanya
Sumber: gue sendiri
Teteh-Teteh Duduk Di Bawah. Bagian Rumput yang di Bawah Itu Materialnya Rumput Sintetis
Sumber: gue sendiri
Ini Bagian yang Paling Gue Suka. Signage-nya Bisa Buat Duduk Juga
Kesimpulan
Orang-orang (dan juga bukan orang) yang berkunjung ke Alun-Alun Bandung sangat mudah untuk menemukan tempat duduk. Mau duduk di kursi, di dalam tamannya, pokoknya mudah deh. Asal jangan duduk dipangkuan orang aja. Syukur-syukur kalo dibiarin. Kalo lo digebukin? Gue gak ikut tanggungjawab.

3. Trees and Water (Comfort)

Sejujurnya gue belum ngerti sama poin ini. Tapi kalo disidik-sidik ada beberapa pohon yang menaungi di area luar taman sebagai batas antara taman dengan jalan. Buat bagian ini gue minta maaf karena gak ada foto yang bisa mendeskripsikan karena area yang ada pohonnya terlalu gelap untuk di foto.

4. User Variety
Sumber: gue sendiri
Teteh-Teteh Abis Pengajian keknya (sok tau lo mas!)
Sumber: gue sendiri
Anak-Anak Dari Hasil Pernikahan Kita
Sumber: gue sendiri
Baju putih Itu Karyawan Kantor di Daerah Sana, Kalo Baju Hijau dan yang Pake Rompi Petugas Keamanan Ruang Terbuka Hijau Alun-Alun Bandung. 
Sumber: gue sendiri
Pasangan Sejoli Menjalin Cinta. Berdua Aja Nih (Sirik)
Sumber: gue sendiri
Ramelah Pokoknya, Dari Anak-Anak Sampai Dewasa Pun Ada di Ruang Terbuka Hijau Alun-Alun Bandung Ini
Kesimpulan
Gue kira malam hari Ruang Terbuka Hijau Alun-Alun ini sepi, ternyata sama ramainya dengan keadaan pada siang hari. Demografi menunjukan bahwa pengunjung Ruang Terbuka Hijau Alun-Alun Bandung ini cukup variatif. Dari anak-anak, remaja, dewasa, pasangan, tukang bajigur, tukang jualan "helikopter" jepret (yang cara terbangnya kek orang lagi main ketapel terus pas terbang ada cahayanya). Satu yang gue gak lihat, kecengan/gebetan gue.

5. Triangulation (engagement)

Sumber: gue sendiri
Gedung BRI Tower dan Menara Masjid Raya Bandung
Sumber: gue sendiri
Masjid Raya Bandung
Sumber: gue sendiri
Masjid Raya Bandung dan Bangunan di Belakangnya (Lupa Gue Namanya)
Sumber: gue sendiri
Halte dan Gedung Pos Indonesia
Sumber: gue sendiri
Bangunan Bank Mandiri Alun-Alun Bandung
Kesimpulan
Antar bangunan yang gue rasa mempunyai komunikasi yang cukup kuat dengan Ruang Terbuka Hijau Alun-Alun Bandung. Efeknya adalah penghuni bangunan dapat mengunjungi Ruang Terbuka Hijau Alun-Alun Bandung secara mudah. Gak kek Dufan harus bayar.

6. Food
Sumber: gue sendiri
Beberapa Kios Makanan

Sumber: gue sendiri
Membentang di Sekeliling Basement Tepat di Bawah Ruang Terbuka Hijau Alun-Alun Bandung
Sumber: gue sendiri
Di Sana Juga Ada, Sayangnya Ini Foto Terakhir Sebelum Baterai Handphone Gue Habis. Jadi Gak Sempat Foto di Bagian Sana #HuFtB4n6eD
Kesimpulan
Gue masih membingungkan satu hal. Kenapa kios makanan harus disatukan dengan parkiran di basement? Padahal dengan keadaan parkiran yang cukup berdebu dan berpolusi, tempat tersebut kurang cocok untuk menjajakan makanan/minuman. Gue sempet mikir kenapa kios-kios makanan/minuman ditempatkan di sana untuk menjaga keindahan bagian Ruang Terbuka Hijau Alun-Alun Bandung agar tidak kumuh oleh pedagang-pedagang yang mempunyai kios makanan/minuman semi-permanen.

7. Lighting/Sun
Sumber: gue sendiri
Hal Kedua yang Gue Suka dari Ruang Terbuka Hijau Alun-Alun Bandung Adalah Lampu Ini
Sumber: gue sendiri
Pencahayaan Cukup Untuk Memergoki Orang-Orang yang Lagi Mesum
Sumber: gue sendiri
Another side for lighting
Sumber: gue sendiri
Gemerlap Kehidupan Alun-Alun Bandung
Sumber: gue sendiri
Pencahayaan Pada Halte yang Berbeda Dengan Halte Pada Umumnya

Kesimpulan
Berhubung bumi kita berada pada posisi membelakangi matahari, jadi mataharinya gak kelihatan. Namun agar Ruang Terbuka Hijau Alun-Alun Bandung ini terhindar dari hal-hal yang tidak senonoh (contohnya pasangan mesum), perancangannya menempatkan posisi lampu untuk pencahayaan sekeliling area Ruang Terbuka Hijau ini. Bentuk case dari pencahayaannya pun beberapa ada yang menarik seperti lampu yang berbentuk vertikal.

Dari semua pembahasan poin-poin yang dijabarkan Om William Whyte (anggap aja masih om gue sampai akhir tulisan ini), keberhasilan Ruang Terbuka Hijau Alun-Alun Bandung cukup signifikan karena semua poin terpenuhi dengan baik namun belum sempurna (karena kesempurnaan hanyalah milik Tuhan). Makanya ruang terbuka hijau ini banyak pengunjungnya baik siang maupun malam hari. Mungkin kalo bisa gue request satu hal ke Kang Emil, itupun kalo beliau baca blog gue, gue request penyediaan fasilitas difabel. Gue belum melihat akses difabilitas di ruang terbuka hijau ini. Kalo ada fasilitas tersebut di Ruang Terbuka Hijau Alun-Alun Bandung tolong koreksi tulisan ini, mungkin aja luput dari perhatian gue. Overall, Ruang Terbuka Hijau ini sangat recommended untuk dikunjungi bersama keluarga, teman, ataupun pacar. Untuk poin terakhir itupun kalo punya. Kecengan atau gebetan juga gak apa-apa, tapi sekali lagi itupun kalo punya.

Comments

Popular posts from this blog

Perjalanan 3 tahun

*menghela nafas* Tahun 2013 menjadi tahun yang baik buat gue karena disitulah gue akhirnya menyelesaikan tingkat I di jurusan arsitektur di kampus gue. Dan di tahun ini juga, tahun ke tiga buat gue yang menjadi kesempatan terakhir gue untuk mengejar mimpi sebagai calon dokter dengan tes sbmptn (seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri) yang sebelumnya gue udah ikuti sebanyak dua kali. Ngomong-ngomong soal tes sbmptn ini, gue sendiri tahun ini gak terlalu ambisius buat ikut tesnya karena disibukkan oleh jadwal-jadwal perkuliahan yang padat seperti payudara sapi di masa-masa suburnya dan kegiatan-kegiatan kampus lainnya yang membuat gue tidak bisa meluangkan waktu untuk belajar sbmptn ( alasan, padahal sih males aja lo mas ). Emang sih gue masih ngebet buat masuk kedokteran, tapi kalo dipikir-pikir usaha gue gak sebanding dari apa yang gue mau. Jomplang. Maka dari itu gue udah merasa pesimis duluan buat tes sbmptn tahun ini karena gue yakin semakin tahun tes seleksi masuk pergu

Review Buku "SKRIPSHIT"

Halo semuaaaaa.... *geber-geber motor di blog* Untuk postingan kali ini gue bakalan review tentang buku salah satu idola gue @shitlicious tentang "SKRIPSHIT" SKRIPSHIT gambar dari sini Berbeda dengan buku2 sebelumnya yang gue beli berjudul "Shitlicious" dan "Gado-Gado Kualat", buku bang Alit ini memberikan sesuatu yang berbeda.. #TEEEETT *mengulang "kata berbeda"* poin -10 Oke pokus pake "P", kalo pake "F" jadi pokuf ... *di lempar toga* Bagi yang gak tau buku "Shitlicious" dan "Gado-Gado Kualat" berikut kilasan cover depannya..  Shitlicious Gambar dari sini    Gado-Gado Kualat Gambar dari sini Buku SKRIPSHIT ini memberikan sesuatu yang berbeda dari buku-buku sebelumnya, dari segi kata, bahasa, cerita, maupun cover. Sebelumnya gue mau jelasin tentang kekurangan-kekurangan pada buku-buku dia sebelumnya: Pada buku pertama yang dia lahirkan secara normal, kekuranga

Day 23: Kesehatan Kaki di Waktu Weekend

Day 23 Rekam Jejak Kaki dan Aktivitas Pribadi Awal Bulan Juni kemarin gue bersama istri gue... *cailah sekarang udah punya istri, biasanya ceritanya gak jauh dari gebetan, mantan gebetan, dan pacar khayalan*  *ehem* ...oke lanjut. Gue sama istri gue punya wacana untuk liburan ke luar kota. Kita sepakat mencari suasana baru untuk menikmati  weekend  yang biasanya kita habiskan hanya di apartemen tempat tinggal kita. Hal yang gue dan istri mesti sepakati adalah suasana hotel yang tidak seperti apartemen kita yang mana mempunyai tipikal kamar studio XXI , fasilitas kolam renang, dan akses vertikal berupa lift. Buat apa gue dan istri gue ke luar kota, kalo suasananya sama dengan apartemen tempat tinggal kita? Pencarian destinasi wisata yang terjangkau oleh  budget  liburan   kita adalah Anyer, Bandung, dan Pulau Seribu. Dengan segala pertimbangan sampai melibatkan Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi (woilah segitunya), akhirnya kita memilih Bandung karena daerahnya gue cukup hafal dan c