Day 6: Pembentukan Karakter Lewat Kemacetan Perkotaan
Day 6
Pembentukan Karakter Lewat Kemacetan Perkotaan
Sadar atau enggak kehidupan perkotaan secara gak langsung membentuk karakter kita yang tinggal di sana. Macetnya jalan raya membuat kita lebih tempramen, kepadatan penduduk dengan ragamnya membuat kita lebih insecure kalo ketemu orang, segregasi antara si kaya dan si miskin menimbulkan angka kriminalitas, dan masih banyak lagi permasalahan-permasalahan yang gue rasa lebih penting dibahas daripada cuman ngebahas jomblo (tersinggung) ataupun banyaknya akun Instagram Marrisa Haque. Bisa gak sih kehidupan perkotaan itu dirubah yang sudah mengakar dari lama?
Menurut pengamatan gue, kemacetan disebabkan oleh banyaknya volume kendaraan bermotor yang tidak sebanding dengan volume jalanan yang dibentuk. Secara logika, volume jalanan tidak bisa bertambah karena luas lahan yang terbatas. Jika skenario menambah volume jalanan dengan membangun jalan layang, gue yakin keinginan membeli kendaraan bermotor buat orang-orang di perkotaan semakin besar. Akibatnya pola kota akan berubah dengan adanya jalanan dan kedepanya akan semakin penuh akan kendaraan bermotor. Bisa saja, gedung-gedung bertingkat tinggi akan mempunyai halaman jalan raya selayaknya muka bangunan jalanan yang berada di permukaan tanah.
Hal-hal lainnya yang membuat kemacetan di perkotaan adalah keteraturan kendaraan terhadap jalanan itu sendiri. Ketidakpatuhan supir kendaraan bermotor akan rambu-rambu lalu lintas dan etika di jalanan membuat kemacetan terbentuk seperti berhenti di badan jalan sembarangan, parkir di tempat yang tidak seharusnya, dan hal-hal lain yang membuat jengkel pengguna jalan.
Solusi yang cukup nyata adalah pembatasan kendaraan dengan menaikan pajak kendaraan yang tinggi. Dari pajak tersebut, mungkin saja dapat menjadi subsidi pengadaan transportasi publik massal ke beberapa perusahaan penyedia transportasi publik sebagai wadah untuk masyarakat beserta dengan integrasinya ke beberapa titik. Dengan begitu kehidupan perkotaan akan berangsur berubah jika pola pikirnya adalah memberi ruang kepada masyarakat perkotaan bukan kendaraan.
Pembentukan Karakter Lewat Kemacetan Perkotaan
Sumber: Gue Sendiri Ilustrasi Kemacetan di Daerah Perkotaan |
Sadar atau enggak kehidupan perkotaan secara gak langsung membentuk karakter kita yang tinggal di sana. Macetnya jalan raya membuat kita lebih tempramen, kepadatan penduduk dengan ragamnya membuat kita lebih insecure kalo ketemu orang, segregasi antara si kaya dan si miskin menimbulkan angka kriminalitas, dan masih banyak lagi permasalahan-permasalahan yang gue rasa lebih penting dibahas daripada cuman ngebahas jomblo (tersinggung) ataupun banyaknya akun Instagram Marrisa Haque. Bisa gak sih kehidupan perkotaan itu dirubah yang sudah mengakar dari lama?
Menurut pengamatan gue, kemacetan disebabkan oleh banyaknya volume kendaraan bermotor yang tidak sebanding dengan volume jalanan yang dibentuk. Secara logika, volume jalanan tidak bisa bertambah karena luas lahan yang terbatas. Jika skenario menambah volume jalanan dengan membangun jalan layang, gue yakin keinginan membeli kendaraan bermotor buat orang-orang di perkotaan semakin besar. Akibatnya pola kota akan berubah dengan adanya jalanan dan kedepanya akan semakin penuh akan kendaraan bermotor. Bisa saja, gedung-gedung bertingkat tinggi akan mempunyai halaman jalan raya selayaknya muka bangunan jalanan yang berada di permukaan tanah.
Hal-hal lainnya yang membuat kemacetan di perkotaan adalah keteraturan kendaraan terhadap jalanan itu sendiri. Ketidakpatuhan supir kendaraan bermotor akan rambu-rambu lalu lintas dan etika di jalanan membuat kemacetan terbentuk seperti berhenti di badan jalan sembarangan, parkir di tempat yang tidak seharusnya, dan hal-hal lain yang membuat jengkel pengguna jalan.
Solusi yang cukup nyata adalah pembatasan kendaraan dengan menaikan pajak kendaraan yang tinggi. Dari pajak tersebut, mungkin saja dapat menjadi subsidi pengadaan transportasi publik massal ke beberapa perusahaan penyedia transportasi publik sebagai wadah untuk masyarakat beserta dengan integrasinya ke beberapa titik. Dengan begitu kehidupan perkotaan akan berangsur berubah jika pola pikirnya adalah memberi ruang kepada masyarakat perkotaan bukan kendaraan.
Comments
Post a Comment