30 Days of Productivity: Orang Indonesia dan Kebiasaannya Terhadap Waktu

Day 2
Orang Indonesia dan Kebiasaannya Terhadap Waktu

Bibit-bibit ketidakkonsistenan gue akan project #30DaysOfProductivity terbit ketika cahaya semangat gue untuk menjadi individu yang produktif terbenam. Kemarin gue bisa menulis dengan bebas tanpa hambatan tentang topik yang gue bahas. Sekarang? Nulis beberapa kalimat aja mikirnya kaya gue ngerjain soal fisika kuantum, lama banget sampai ketiduran. Untung bangun-bangun tetap ganteng.

*digebukin*

Ini semua berkat setan-setan yang ada di sekitar gue ketika gue mengaktifkan game dota di laptop dan mengajak gue untuk bermain satu game. Di dalam diri gue malaikat dan setan berbisik kepada gue:

Malaikat: "Ayo mas berkarya di hari ke-2!" 
Setan: "Ayo mas, se-game aja dulu baru ngerjain karya lo."
Malaikat: "Jangan dengerin setan mas, lo bakal ngabisin waktu berjam-jam buat hal yang bisa lo pake buat berkarya."
Setan: "Yeh jangan so tau lo kat! Lo kira main dota lama?! Kagak kali!"
Malaikat: "Lama nyet, gue udah pernah nyobain waktu itu sampe 1 jam waktu lawan setan klan neraka jahanam."
Setan: "Yah.. Lo-nya aja yang cupu main dota sampe berjam-jam buat menang, Gue aja lawan mereka bisa menang setengah jam."
Damas: "Yaudah, lo pade debat dulu aja. Sambil nunggu paling gue ngedota dulu. Gimana, sepakat?"
Malaikat dan Setan: "Sepakat!"

Sambil nunggu keputusan dari perdebatan mereka, gue main dota.

Satu game ini memang dapat menghabiskan waktu berjam-jam. Hari kemarin, gue dengan suksesnya menghabiskan waktu setengah harinya untuk bermain dota dan mengabaikan hari produktivitas gue. Memang sulit untuk menahan godaan bermain dota. Buat gue, game yang udah menemani gue selama 10 tahun lebih ini telah menjadi jiwa gue sebagai gamer. Walaupun dari segi kemampuan gue bermain gitu-gitu aja gak mengalami peningkatan yang signifikan. Lebay sih keliatannya, tetapi cuman game ini yang konsisten gue mainkan selama ini selain game solitare di komputer. Sama game aja gue bisa sesetia ini, gimana nanti sama calon pacar gue nanti.

Ngungkapin aja dulu mas, baru ngebuktiin setia lo.

Iya nyet.

Kembali ke pembahasan gue dan kebiasaan nge-game gue, walaupun gue setengah harinya dihabiskan untuk bermain dota, gue masih sempat menjalani hari produktif di pagi hari dengan mengerjakan grafis flat design dua buah. Gak seluruhnya waktu gue terbuang percuma.

*sisiran*

Sekarang gue akan bahas tentang grafis yang gue buat tentang waktu. Pernah gak sih, lo berpikir bisa ngebalikin waktu pake mesin waktunya Doraemon atau punya kekuatan bergerak sekilat cahaya seperti Barry Allen di serial film dan komik Flash. Misalnya lo lupa naro kunci kosan/motor (gue ambil sampel kebanyakan orang) dan lo berpikir "Di mana ya kuncinya?". Kan lucu juga saking kerasnya berpikir, lo tiba-tiba stroke di 5 menit setelahnya cuman gara-gara mikirin di mana kunci kosan/motor lo taro. Gue yakin, jika gue masuk anggota densus 88 dan disuruh buat mengamankan sebuah bom yang akan meledak dan gue lupa kabel mana yang harus di potong, bukan cuman gaji gue yang di potong, tetapi juga tangan dan kepala gue dipotong sama ledakan bom tersebut. Gue pernah punya pengalaman bersama nyokap gue tentang kelupaan naro barang.

Nyokap: "DAMAS!"
Damas: "Iya mah."
Nyokap: "Tau duit mama kembalian belanjaan di taro di mana ya?"
Damas: "Gak tau mah, dibelanjain kali."
Nyokap: "Dibelanjain gimana?! Wong ada kembaliannya."
Damas: "Yaudah kalo hilang, toh gak ada yang kekal di dunia ini, semuanya akan kembali kepada-Nya"

Akibat kejadian itu gue gak makan 1 minggu karena duit itu adalah duit jatah makan gue seminggu

*nangis*

Gak cuman pengalaman lupa yang pengen lo berharap ada mesin waktu. Pengalaman terhadap kecengan lo karena lo gak pernah ungkapin isi hati lo ataupun nyakitin hati mantan pacar lo sampai akhirnya hubungan lo putus sama mantan lo yang bikin kita semua berharap ada namanya mesin waktu untuk memperbaiki kesalahan yang ada.

#np Secondhand Serenade - Broken

Kalo misalnya memang ada konsep untuk mengembalikan waktu, banyak orang memakainya buat memperbaiki kesalahan mereka sebelumnya. Tapi gue yakin kalo konsep mengembalikan waktu itu memang ada, kata "pengalaman" akan dihapuskan dalam kamus berbahasa. Menurut gue, benar adanya seperti kata-kata mutiara yang ada di dalam buku sidu, tepatnya di bagian bawah buku (kalo gak tau sidu bisa lihat ilustrasi di bawah ini) bahwa experience is the best teacher. Justru guru yang terbaik menurut gue bukanlah seorang guru yang nyata secara fisik, tapi hal abstrak yang terkadang orang suka abaikan yaitu pengalaman.

Sumber Dari Sini
Buku Tulis Saat Jaman Kita Sekolah
Makanya gue simpulkan ada dua guru abstrak terbaik di dunia ini:
1. Pengalaman
2. Rifqi Hadyan

*digebukin*

Jika lo mempunyai waktu luang tontonlah film The Time Machine (2002) yang menceritakan tentang seorang ilmuwan yang membuat mesin waktu untuk mengembalikan waktu di mana pada saat itu sang pacar dari ilmuwan tersebut terbunuh oleh seseorang. Dan apa yang terjadi, walaupun dia berhasil mengembalikan waktu untuk mencegah kematian dari pacarnya, pada akhirnya pacarnya tersebut mati dengan cara yang berbeda di waktu yang sama saat pacar sang ilmuwan meninggal. Intinya, gak ada yang bisa dirubah dari takdir seseorang. Tugas kita adalah menyikap takdir tersebut. Apakah dari takdir tersebut bisa merubah pribadi kita menjadi lebih baik? Tergantung kita yang melihat takdir itu dari sisi kita sebagai penerima takdir.

Makanya sampai sekarang gue bersyukur mesin waktu belum diciptakan sempurna oleh manusia. Secepat-cepatnya Barry Allen di film serial film dan komik Flash dapat menembus waktu, di kehidupan dia pun juga ada satpamnya yang tugasnya menjaga tatanan waktu dan memburu time traveler bernama Time Wraith.

Sumber Dari Sini
Sosok Time Wraith Di Serial Film Flash
Untuk masalah waktu, gue selalu teringat sebuah cerita percakapan Imam Al Ghazali kepada muridnya ketika sang guru mempertanyakan "Hal apa yang paling jauh di dunia ini?" Muridnya menjawab "China!", "Bulan!", dan jawaban-jawaban lainnya. Sang guru pun tersenyum dan berkata "Jawaban kalian semua benar, tetapi ada hal yang lebih jauh di dunia ini. Hal tersebut adalah waktu yang telah berlalu". Dan seketika percakapan tersebut membuat gue sadar karena satu detik saja waktu berlalu, gue gak bakal bisa balik lagi ke satu detik tersebut.

Semenjak gue berada di Bandung, gue secara tidak langsung menjadi jamaah yang mempercayai sabda "Barangsiapa yang datang lebih ngaret, niscaya dia akan mendapatkan pahala". Sampai om gue dari Amerika saat gue bertemu dengan gue beliau kecewa dengan perubahan habit gue yang dulu sampai memperhitungkan waktu detail sampai ke menit-menitnya. Memang lingkungan dapat merubah lo. Siap atau tidak lo akan berubah secara tidak langsung menyesuaikan lingkungan di mana tempat lo menetap. Sedikit cerita bahwa gue tinggal di lingkungan yang hampir 70% menganut kebiasaan ngaret dan setelah gue sadari kebiasaan itu membuat gue menjadi pribadi yang kurang baik. Mending gue menjadi orang yang tepat waktu walaupun lo di zholimin sama lingkungan lo sendiri. At least, lo bisa jadi orang yang tepat janji sama diri lo sendiri dan semoga itu bisa menyadarkan orang-orang di sekitar lo akan waktu yang sangat berharga. Jangan sampai kita sebagai masyarakat Indonesia yang mempunyai hobi membuang-buang waktu dan mengulangi kesalahan yang sama seperti kata komika Ardit di SUCI 6. Maka dari itu gue mendedikasikan karya di hari ke-2 (technically gue ngepost di hari ke-3) sebuah replika jam tangan gue tanpa tali untuk mengikat ke tangan gue.

Karena waktu gak akan berdetak ke kiri.

Sumber Gue Sendiri
Persis Kaya Jam Tangan Gue, Gak Ada Talinya

Comments

Popular posts from this blog

Day 23: Kesehatan Kaki di Waktu Weekend

Day 21: Modernitas Area Bermain Anak

Perjalanan 3 tahun