30 Days of Productivity: Gergaji dan Segala Pengalamannya
Day 22
Gergaji dan Segala Pengalamannya
Pagi ini gue abis nonton film SAW. Film thriller berceritakan tentang psikopat yang memberikan tantangan kepada korbannya untuk mengajarkan arti kehidupan. Tantangannya berupa serangkaian kegiatan yang mengharuskan korban merelakan bagian tubuh mereka dihabisi oleh berbagai alat rancangan psikopat tersebut untuk menyelesaikan misi yang ada dan diharapkan korban mengerti pelajaran yang didapat setelah misi tersebut diselesaikan. Misal lo disuruh keluar dari ruangan tapi kaki lo dirantai. Di sana hanya tersedia gergaji yang di mana satu-satunya jalan keluar lo adalah memotong kaki lo dengan gergaji. Pilihannya ada dua, lo mati di ruangan tersebut karena tidak adanya persediaan makanan atau lo memotong kaki lo dengan gergaji. Kalo gue disuruh memilih, gue hanya berserah diri kepada Tuhan.
*pakai peci*
Ngomong-ngomong soal gergaji, gue suka kagum melihat pekerjaan kuli bangunan atau tukang kayu yang kerap memotong kayu dengan gergaji. Buat gue motong kayu pake gergaji itu butuh tenaga dan fokus yang cukup besar. Disamping kekuatan penampang kayu yang ramping membuat kalo kita mengergaji penampang dari gergaji tersebut tidak stabil ketika kita mencoba untuk memotong kayu. Gue aja butuh waktu 6 menit untuk memotong kayu bervolume 1m3. Kalo aja memotong kayu ini menjadi soal tes gue masuk arsitek dengan tantangan memotong kayu 1m3 dalam waktu di bawah 5 menit, niscaya bukan kayu yang dipotong tetapi tangan gue yang dipotong karena merasa tidak dapat menyelesaikan tantangan tersebut.
Saat masa-masa menjadi mahasiswa baru dan menjadi anggota himpunan, seringkali gue akrab dengan gergaji ini karena waktu itu gue diharuskan memotong bambu untuk kebutuhan dekorasi acara sehingga terlihat perkembangan otot bisep gue yang semakin ke sini semakin terlihat membesar. Prediksi gue ketika memotong kayu menjadi hal rutin yang gue lakukan setiap hari dengan program 1 hari 1 ikat kayu kusen, gue rasa gue bisa ikut kompetisi pria L-Men of The Year karena keindahan otot bisep gue yang diasah lewat memotong kayu/bambu dengan gergaji manual. Terakhir gue menggunakan gergaji saat gue ingin membuat dudukan untuk sebuah meja kecil di kamar kosan. Udah lama semenjak sebelum gue membuat meja tersebut, gue menggunakan gergaji pada saat tingkat 2 gue berada di kampus. Artinya jarak waktu dua tahun gue udah lama gak menggunakan gergaji sebagai alat bantu gue untuk memotong kayu. Makanya saat gue menggunakan gergaji untuk memotong roll paper, gue berasa kaya buronan pemerkosa yang abis dikejar sama petugas kepolisian kemudian masuk rumah warga. Soalnya keringat yang mengucur sebadan-badan dan posisi gue waktu itu lagi telanjang dada. Untung aja gak ada polisi di sekitar gue, kalo ada polisi gue pasti dikira buronan yang gue sebutkan sebelumnya.
Nah grafis yang gue buat ini menjadi dedikasi gue kepada kuli bangunan atau tukang kayu yang dapat membuat karya seni yang cukup artistik lewat kayu yang mereka potong dengan gergaji. Kepresisian yang mereka buat untuk memotong kayu mereka nikmati layaknya memotong kue di hari ulang tahun. Emang sih sekarang ada gergaji mesin untuk mempermudah pekerjaan memotong kayu, namun kembali ke cara manual untuk memotong gergaji yang gue rasa merupakan salah satu lokalitas Indonesia untuk memotong kayu.
Gergaji dan Segala Pengalamannya
Pagi ini gue abis nonton film SAW. Film thriller berceritakan tentang psikopat yang memberikan tantangan kepada korbannya untuk mengajarkan arti kehidupan. Tantangannya berupa serangkaian kegiatan yang mengharuskan korban merelakan bagian tubuh mereka dihabisi oleh berbagai alat rancangan psikopat tersebut untuk menyelesaikan misi yang ada dan diharapkan korban mengerti pelajaran yang didapat setelah misi tersebut diselesaikan. Misal lo disuruh keluar dari ruangan tapi kaki lo dirantai. Di sana hanya tersedia gergaji yang di mana satu-satunya jalan keluar lo adalah memotong kaki lo dengan gergaji. Pilihannya ada dua, lo mati di ruangan tersebut karena tidak adanya persediaan makanan atau lo memotong kaki lo dengan gergaji. Kalo gue disuruh memilih, gue hanya berserah diri kepada Tuhan.
*pakai peci*
Ngomong-ngomong soal gergaji, gue suka kagum melihat pekerjaan kuli bangunan atau tukang kayu yang kerap memotong kayu dengan gergaji. Buat gue motong kayu pake gergaji itu butuh tenaga dan fokus yang cukup besar. Disamping kekuatan penampang kayu yang ramping membuat kalo kita mengergaji penampang dari gergaji tersebut tidak stabil ketika kita mencoba untuk memotong kayu. Gue aja butuh waktu 6 menit untuk memotong kayu bervolume 1m3. Kalo aja memotong kayu ini menjadi soal tes gue masuk arsitek dengan tantangan memotong kayu 1m3 dalam waktu di bawah 5 menit, niscaya bukan kayu yang dipotong tetapi tangan gue yang dipotong karena merasa tidak dapat menyelesaikan tantangan tersebut.
Saat masa-masa menjadi mahasiswa baru dan menjadi anggota himpunan, seringkali gue akrab dengan gergaji ini karena waktu itu gue diharuskan memotong bambu untuk kebutuhan dekorasi acara sehingga terlihat perkembangan otot bisep gue yang semakin ke sini semakin terlihat membesar. Prediksi gue ketika memotong kayu menjadi hal rutin yang gue lakukan setiap hari dengan program 1 hari 1 ikat kayu kusen, gue rasa gue bisa ikut kompetisi pria L-Men of The Year karena keindahan otot bisep gue yang diasah lewat memotong kayu/bambu dengan gergaji manual. Terakhir gue menggunakan gergaji saat gue ingin membuat dudukan untuk sebuah meja kecil di kamar kosan. Udah lama semenjak sebelum gue membuat meja tersebut, gue menggunakan gergaji pada saat tingkat 2 gue berada di kampus. Artinya jarak waktu dua tahun gue udah lama gak menggunakan gergaji sebagai alat bantu gue untuk memotong kayu. Makanya saat gue menggunakan gergaji untuk memotong roll paper, gue berasa kaya buronan pemerkosa yang abis dikejar sama petugas kepolisian kemudian masuk rumah warga. Soalnya keringat yang mengucur sebadan-badan dan posisi gue waktu itu lagi telanjang dada. Untung aja gak ada polisi di sekitar gue, kalo ada polisi gue pasti dikira buronan yang gue sebutkan sebelumnya.
Nah grafis yang gue buat ini menjadi dedikasi gue kepada kuli bangunan atau tukang kayu yang dapat membuat karya seni yang cukup artistik lewat kayu yang mereka potong dengan gergaji. Kepresisian yang mereka buat untuk memotong kayu mereka nikmati layaknya memotong kue di hari ulang tahun. Emang sih sekarang ada gergaji mesin untuk mempermudah pekerjaan memotong kayu, namun kembali ke cara manual untuk memotong gergaji yang gue rasa merupakan salah satu lokalitas Indonesia untuk memotong kayu.
Sumber Gue Sendiri Gergaji |
Comments
Post a Comment