30 Days of Productivity: Motor City
Day 8
Motor City
Pernahkah lo menyadari bahwa kepadatan kota-kota di Indonesia itu ada dua sebabnya:
1. Banyaknya penduduk migrasi dari desa ke kota.
2. Mudahnya cicilan motor.
Jika dua penyebab tersebut dijabarkan, sebab pertama penduduk melakukan migrasi dari desa ke kota karena menurut sebagian besar masyarakat Indonesia perputaran ekonomi terbesar berada di pusat perkotaan. Walaupun di sana banyak kembang desa yang begitu melimpah, namun itu semua tidak merubah wajah desa menjadi lebih baik dari segi ekonomi. Logika mereka jika perputaran ekonomi besar, pendapatan seseorang menjadi besar sehingga kebutuhan mereka terpenuhi. Namun, pendapatan besar dalam suatu perkotaan harus dilakukan dengan cara persaingan. Persaingan tersebut yang membuat ada orang yang survive ada yang tidak. Orang yang tidak survive ini pada akhirnya mendapatkan status sebagai pengangguran. Kaya gue sekarang ini. Gue adalah satu dari jutaan orang yang mendapatkan status sebagai pengangguran. Udah jomblo, pengangguran pula.
*nangis*
Fokus gue kali ini adalah menjabarkan sebab kedua kepadatan kota di Indonesia yaitu mudahnya cicilan motor.
Hampir semua orang di Indonesia berpikir bahwa transportasi sepeda motor adalah transportasi bermotor jalanan terpraktis, cepat, dan hemat secara fisik dan biaya. Bisa dilihat dari ukuran sepeda motor yang ramping (tidak termasuk motor gede dan motor roda tiga), kecil, dan murah dibandingkan dengan transportasi bermotor seperti mobil atau pesawat terbang (siapa juga pake pesawat terbang di jalanan?!). Mereka gesit bisa menerobos kemacetan ketika mobil-mobil berbaris rapi di tengah-tengah jalan, mengisi shaf-shaf kosong di jalan agar mendapat kesempurnaan sehingga harapannya dapat pahala dari-Nya (lo kata lagi solat?!), dan memangkas waktu ketika jarak tempuh harus berhadapan dengan kemacetan di jalan. Namun menurut gue transportasi motor adalah transportasi paling berbahaya karena kendaraan bermotor tersebut membawa lo dengan kecepatan tapi pengamanan fisik terbesar lo hanya ada di kepala. Kurang safety secara fisik yang utuh walaupun lo membawanya dengan kecepatan rendah atau normal. Makanya nyokap gue sampai sekarang belum mengizinkan gue memiliki SIM C dan malahan beliau menyuruh gue untuk membuat SIM A saja. Masalahnya adalah gue gak terlalu suka dengan kendaraan mobil walaupun sewaktu-waktu gue akan membutuhkannya dan gue gak punya mobil. Di tulisan selanjutnya gue akan jelaskan mengenai transportasi mobil dan kurang sukanya gue dengan transportasi tersebut.
Pertanyaannya bagaimana orang-orang di perkotaan dapat secara mudah membeli motor untuk transportasi mereka? Bukan sebuah pandangan asing setiap kali kita melintas di jalan seperti ilustrasi ke-2 di atas. Yap, mereka adalah sales motor. Layaknya seperti jomblo di Indonesia, sales-sales motor berserakan di mana-mana. Di pasar, di terminal, di mall, bahkan di jalanan macet pun mereka ada untuk menawarkan solusi transportasi praktis dalam menembus kecepatan.
*lagi macet* *muncul dari kotak rokok pedagang asongan*
Sales Motor: Gak enak kan macet? Makanya beli motor. Dijamin gak bakal ngerasain macet lagi!
Dari sana mayoritas masyarakat perkotaan melihat sebuah peluang untuk menjawab permasalahan mereka yaitu macet. Tidak jarang satu rumah dari mereka ada 2-4 motor. Entah apa yang menjadi motivasi mereka membeli motor sebanyak itu. Untung cuman motor bukan pesawat terbang. Kebayang kalo ada satu keluarga memiliki 4 pesawat terbang di garasinya. Pasti daerah perumahan di daerah perkotaan berubah jadi hanggar. Yang jelas jawaban mereka tentang kemacetan masih belum terselesaikan secara utuh.
Kembali ke bahasan sales motor, walaupun dari segi metoda marketingnya mereka banyak memiliki kekurangan dan keterbatasan, namun dari segi persuasi lewat tulisannya mereka dapat dengan mudah menarik calon market mereka. Entah ada bumbu-bumbu pelet ketika menulis kalimat-kalimat persuasi itu atau tidak, kalimat tersebut dapat mengajak orang untuk membeli motor sehingga mereka mendapatkan untung dari penjualan motor yang mereka pasarkan. Kalimat-kalimat persuasi yang biasa gue temukan seperti:
"DP 0% CICILAN SEUMUR HIDUP"
Seumur hidup gajinya cuman bayar motor :(
"BAYAR DP SEKARANG, MOTOR LANGSUNG DI BAWA PULANG"
Bisa di bawa juga gak spg motornya?
"BELI MOTOR DAPET MOTOR"
Yaeyalaaah, masa bayar 10 juta cuman dapet tempe orek?!
Untuk saat ini sudah ada beberapa pihak yang dapat menjawab permasalahan mengenai permotoran ini seperti tersedianya transportasi ojek online Go-Jek, Grab Bike, dan Uber Motor. Menurut gue founder transportasi online tersebut cukup pintar mengingat kebutuhan pengurangan transportasi di kota yang semakin padat dikombinasikan dengan kecanggihan teknologi saat ini untuk menyambungkan satu orang ke pengendara jasa transportasi sepeda motor tersebut dengan satu koneksi internet sehingga menghasilkan aplikasi jasa sewa sepeda motor online.
Akhir dari tulisan ini, gue akan mencantumkan sebuah lagu berjudul "Jakarta Motor City" dari Sir Dendy mengenai eksistensi motor di ibukota Jakarta yang menurut gue nakal dan cerdas untuk disimak.
Bergentayangan sejak dini hari
Dari semua sudut kota ini
Menghindari panas matahari
Dalam lomba berburu rejeki
Naik bajaj atau metromini
Dari majikan sampai pembantu
Semua ngebut tak terkendali
Spion mobil disikat
Trotoar dikangkangin
Tak ada lagi yang berjalan kaki
Tak diperlukan gelar sarjana
Apalagi ijazah SMA
Asalkan kau bisa naik sepeda
Bayar DP mura motor bawa ke rumah
Sudah banyak yang menjadi korban
Disuruh pake helm malah pake sorban
Tapi tak membuat mereka ketakutan
Tiap hari bertambah motor di jalanan
Jakarta motor city
Semua ngebut tak terkendali
Spion mobil di sikat
Trotoar dikangkangin
Tak takut mati apalagi takut polisi
Motor City
Sumber di sini Sekumpulan Motor Yang Sedang Mengawal Bus TransJakarta Melintasi Kemacetan |
1. Banyaknya penduduk migrasi dari desa ke kota.
2. Mudahnya cicilan motor.
Jika dua penyebab tersebut dijabarkan, sebab pertama penduduk melakukan migrasi dari desa ke kota karena menurut sebagian besar masyarakat Indonesia perputaran ekonomi terbesar berada di pusat perkotaan. Walaupun di sana banyak kembang desa yang begitu melimpah, namun itu semua tidak merubah wajah desa menjadi lebih baik dari segi ekonomi. Logika mereka jika perputaran ekonomi besar, pendapatan seseorang menjadi besar sehingga kebutuhan mereka terpenuhi. Namun, pendapatan besar dalam suatu perkotaan harus dilakukan dengan cara persaingan. Persaingan tersebut yang membuat ada orang yang survive ada yang tidak. Orang yang tidak survive ini pada akhirnya mendapatkan status sebagai pengangguran. Kaya gue sekarang ini. Gue adalah satu dari jutaan orang yang mendapatkan status sebagai pengangguran. Udah jomblo, pengangguran pula.
*nangis*
Fokus gue kali ini adalah menjabarkan sebab kedua kepadatan kota di Indonesia yaitu mudahnya cicilan motor.
Sumber di sini Sales Motor Jalanan |
Pertanyaannya bagaimana orang-orang di perkotaan dapat secara mudah membeli motor untuk transportasi mereka? Bukan sebuah pandangan asing setiap kali kita melintas di jalan seperti ilustrasi ke-2 di atas. Yap, mereka adalah sales motor. Layaknya seperti jomblo di Indonesia, sales-sales motor berserakan di mana-mana. Di pasar, di terminal, di mall, bahkan di jalanan macet pun mereka ada untuk menawarkan solusi transportasi praktis dalam menembus kecepatan.
*lagi macet* *muncul dari kotak rokok pedagang asongan*
Sales Motor: Gak enak kan macet? Makanya beli motor. Dijamin gak bakal ngerasain macet lagi!
Dari sana mayoritas masyarakat perkotaan melihat sebuah peluang untuk menjawab permasalahan mereka yaitu macet. Tidak jarang satu rumah dari mereka ada 2-4 motor. Entah apa yang menjadi motivasi mereka membeli motor sebanyak itu. Untung cuman motor bukan pesawat terbang. Kebayang kalo ada satu keluarga memiliki 4 pesawat terbang di garasinya. Pasti daerah perumahan di daerah perkotaan berubah jadi hanggar. Yang jelas jawaban mereka tentang kemacetan masih belum terselesaikan secara utuh.
Sumber di sini Lihat Ambulans di Kanan Gambar? Motor-Motor Tersebut Mengawal Ambulans Tersebut #pret |
Sumber di sini Jadi Tahu Sekarang Penyumbang Macet Terbesar Siapa? |
"DP 0% CICILAN SEUMUR HIDUP"
Seumur hidup gajinya cuman bayar motor :(
"BAYAR DP SEKARANG, MOTOR LANGSUNG DI BAWA PULANG"
Bisa di bawa juga gak spg motornya?
"BELI MOTOR DAPET MOTOR"
Yaeyalaaah, masa bayar 10 juta cuman dapet tempe orek?!
Untuk saat ini sudah ada beberapa pihak yang dapat menjawab permasalahan mengenai permotoran ini seperti tersedianya transportasi ojek online Go-Jek, Grab Bike, dan Uber Motor. Menurut gue founder transportasi online tersebut cukup pintar mengingat kebutuhan pengurangan transportasi di kota yang semakin padat dikombinasikan dengan kecanggihan teknologi saat ini untuk menyambungkan satu orang ke pengendara jasa transportasi sepeda motor tersebut dengan satu koneksi internet sehingga menghasilkan aplikasi jasa sewa sepeda motor online.
Akhir dari tulisan ini, gue akan mencantumkan sebuah lagu berjudul "Jakarta Motor City" dari Sir Dendy mengenai eksistensi motor di ibukota Jakarta yang menurut gue nakal dan cerdas untuk disimak.
Bergentayangan sejak dini hari
Dari semua sudut kota ini
Menghindari panas matahari
Dalam lomba berburu rejeki
Naik bajaj atau metromini
Dari majikan sampai pembantu
Semua ngebut tak terkendali
Spion mobil disikat
Trotoar dikangkangin
Tak ada lagi yang berjalan kaki
Tak diperlukan gelar sarjana
Apalagi ijazah SMA
Asalkan kau bisa naik sepeda
Bayar DP mura motor bawa ke rumah
Sudah banyak yang menjadi korban
Disuruh pake helm malah pake sorban
Tapi tak membuat mereka ketakutan
Tiap hari bertambah motor di jalanan
Jakarta motor city
Semua ngebut tak terkendali
Spion mobil di sikat
Trotoar dikangkangin
Tak takut mati apalagi takut polisi
Sumber Gue Sendiri Masih Tertarik Beli Motor? Kota Udah Padet Gini. |
Comments
Post a Comment